Liputan6.com, Jakarta - BitMine, perusahaan yang dipimpin oleh Tom Lee, baru-baru ini membuat gebrakan di dunia kripto. Mereka telah membeli 1,72 juta Ethereum (ETH) dalam waktu 40 hari. Biaya untuk akuisisi Ethereum mencapai USD 7,65 miliar atau sekitar Rp 126 triliun (estimasi kurs Rp 16.489 per USD).
Dikutip dari coinmarketcap, Senin (1/9/2025), akuisisi besar-besaran ini menunjukkan strategi baru BitMine untuk menjadi pemain utama dalam kepemilikan aset kripto. Mereka tidak hanya fokus pada Bitcoin, tapi kini juga menempatkan Ethereum sebagai aset penting.
Dampak Akuisisi Ini di Pasar Kripto
Langkah BitMine bisa berdampak besar bagi pasar:
Peningkatan daya tarik Ethereum: Akuisisi ini menunjukkan bahwa institusi besar mulai melihat Ethereum sebagai aset investasi yang serius.
Pergeseran strategi perusahaan: Langkah BitMine dapat mendorong perusahaan lain untuk ikut mengalihkan sebagian cadangan aset mereka ke Ethereum.
Peran baru Ethereum: Keterlibatan BitMine semakin memperkuat posisi Ethereum sebagai aset yang penting dalam strategi keuangan perusahaan.
Menurut analis Standard Chartered Jeff Kendrick, "Ethereum memiliki potensi jangka panjang yang lebih besar daripada Bitcoin karena arbitrase regulasi."
Para pengamat pasar kini mencermati setiap langkah BitMine. Mereka melihatnya sebagai petunjuk bahwa era baru dalam keuangan digital mungkin akan segera tiba, di mana Ethereum akan memainkan peran yang lebih besar.
Fed Kasih Sinyal Potong Suku Bunga, Ethereum Diserbu
Sebelumnya diwartakan bahwa investor kripto global tengah membanjiri Ethereum usai pidato dovish Ketua The Federal Reserve, Jerome Powell di Jackson Hole.
Dalam lima hari terakhir, produk exchange-traded funds (ETF) Ethereum mencatat arus masuk dana hingga USD 1,3 miliar atau sekitar Rp 19,6 triliun. Lonjakan itu sekaligus memicu peningkatan harga Ethereum yang belakangan sempat tertahan.
Dikutip dari yahoo Finance, Kamis (28/8/2025), jika ditarik lebih jauh, semangat investor terlihat sangat kuat. Sepanjang periode terakhir, dana yang masuk ke produk investasi Ether mencapai USD 3,7 miliar, jauh melampaui Bitcoin yang justru mengalami arus keluar sebesar USD 900 juta.
Data tersebut dirilis oleh platform riset SoSoValue.
Tak hanya itu, Ethereum juga menorehkan rekor harga baru. Aset kripto terbesar kedua berdasarkan kapitalisasi pasar ini menembus level tertinggi sepanjang masa di USD 4.955 atau sekitar Rp 74,7 juta pada 24 Agustus.
Dikoleksi Perusahaan
Fenomena ini turut didorong oleh tren perusahaan publik yang bertransformasi menjadi Ethereum treasury firms. Perusahaan-perusahaan tersebut semakin gencar menambahkan Ether ke dalam neraca keuangannya.
Secara total, baik perusahaan maupun ETF yang berbasis Ether kini telah menyerap hampir 5 persen dari total suplai token di jaringan Ethereum sejak Juni. Angka itu lebih dari dua kali lipat laju akumulasi Bitcoin tercepat dalam satu kuartal.
Kepala aset digital di Standard Chartered, Geoffrey Kendrick, mengatakan bahwa dengan tren akumulasi agresif dari institusi serta kondisi makro yang mendukung, Ethereum berpotensi meroket hingga USD 7.500 pada akhir tahun.
“Ethereum kini mulai diperlakukan layaknya kelas aset utama,” ungkap Kendrick dalam pernyataan yang dibagikan kepada DL News.
Efek Dowish Powell
Optimisme ini tak lepas dari Powell mengisyaratkan kemungkinan pembukaan peluang pemangkasan suku bunga The Fed pada pertemuan September mendatang.
“Setiap penurunan suku bunga jelas positif bagi pasar kripto,” ujar Chief Operating Officer (COO) di Ava Labs, Charley Cooper.
Menurutnya, kinerja kuat Ethereum menunjukkan aset ini kini dihargai seperti aset berisiko tradisional dan saham. “Suku bunga yang lebih rendah meningkatkan aliran dana ke aset berisiko seperti kripto. Inilah yang membuat momen pasar bullish kali ini sangat menarik,” kata Cooper.
Berdasarkan alat CME FedWatch, pelaku pasar kini memprediksi peluang 87 persen The Fed akan memangkas suku bunga pada September, naik sekitar 5 persen dibandingkan pekan lalu.