Liputan6.com, Jakarta Ular kobra seringkali menjadi momok menakutkan bagi banyak orang karena bisanya yang mematikan. Namun, tahukah Anda bahwa tidak semua ular yang terlihat seperti kobra adalah kobra asli? Banyak spesies ular lain yang memiliki kemampuan meniru penampilan kobra sebagai mekanisme pertahanan diri.
Mengenali perbedaan antara ular kobra asli dan ular yang hanya menyerupai kobra sangat krusial untuk keselamatan. Identifikasi yang salah dapat berujung pada penanganan yang tidak tepat, bahkan membahayakan nyawa. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memahami ciri-ciri spesifik yang membedakan keduanya.
Liputan6 akan mengupas tuntas lima perbedaan mendasar antara ular kobra asli dan ular mirip kobra. Informasi ini diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan serta membantu Anda dalam mengidentifikasi jenis ular yang ditemui di lingkungan sekitar. Simak ulasan lengkapnya sebagai berikut, Selasa (7/10/2025).
1. Klasifikasi Ilmiah (Genus)
Perbedaan paling mendasar antara ular kobra asli dan ular yang mirip kobra terletak pada klasifikasi ilmiahnya, khususnya genus. Kobra sejati, atau yang sering disebut ular sendok, termasuk ke dalam genus Naja. Contohnya adalah kobra Jawa (Naja sputatrix) dan kobra Sumatera (Naja sumatrana) yang dikenal sebagai kobra penyembur.
Sementara itu, King kobra (Ophiophagus hannah) merupakan ular berbisa terpanjang di dunia dan termasuk dalam genusnya sendiri, Ophiophagus. Meskipun berbeda genus, King kobra tetap dianggap sebagai kobra sejati karena karakteristik dan bisanya yang mematikan.
Ular yang mirip kobra, seperti ular hognose (Heterodon platirhinos), ular tikus (Ptyas carinata), atau rinkhals (Hemachatus haemachatus), termasuk dalam genus atau famili yang berbeda. Rinkhals, misalnya, bukan kobra sejati melainkan masuk dalam genus Hemachatus, sedangkan ular hognose termasuk dalam famili Colubridae. Ular tikus raja, meskipun sekilas tampak mirip King kobra, sebenarnya adalah jenis ular tikus.
2. Mekanisme Pengembangan Tudung (Hood)
Kobra asli memiliki kemampuan unik untuk mengembangkan tudung di lehernya sebagai mekanisme pertahanan yang mencolok. Tudung kepala ini tersusun oleh banyak tulang rusuk yang memungkinkan kulit di leher kobra memanjang ke arah luar. Saat kobra menegakkan kepalanya, tudung tersebut akan terbentuk dengan jelas.
Tudung ini berfungsi untuk membuat kobra terlihat lebih besar dan mengintimidasi predator. Beberapa spesies kobra bahkan memiliki pola khas seperti huruf 'V' atau 'O' di bagian belakang tudungnya, seperti yang sering terlihat pada kobra Jawa.
Ular yang mirip kobra mungkin dapat memipihkan leher atau kepalanya untuk terlihat lebih besar, namun tidak memiliki struktur tulang rusuk khusus yang sama untuk membentuk tudung yang lebar dan menonjol seperti kobra asli. Ular hognose timur, misalnya, dapat melebarkan kepalanya tetapi tidak dapat mengangkatnya setinggi kobra asli.
3. Jenis Bisa dan Struktur Taring
Kobra asli termasuk dalam famili Elapidae, yang dikenal memiliki bisa neurotoksin yang sangat kuat dan taring depan yang tetap. Bisa neurotoksin ini mampu melumpuhkan jaringan saraf, mengakibatkan paralisis, dan seringkali juga mengandung racun sitotoksin yang merusak sel. Kobra menyuntikkan racun ini melalui taring pendeknya.
Contohnya, bisa kobra Jawa berupa neurotoksin yang dapat menyebabkan kelumpuhan. Kobra penyembur juga memiliki kemampuan unik untuk menyemprotkan bisanya hingga jarak tertentu, seperti kobra Jawa yang mampu menyemburkan bisa hingga 1 meter.
Sebaliknya, ular yang mirip kobra mungkin tidak berbisa sama sekali, memiliki bisa ringan yang tidak berbahaya bagi manusia, atau memiliki jenis bisa dan struktur taring yang berbeda. Ular kobra air palsu, misalnya, tidak memiliki racun berbisa.
Ular hognose timur memiliki bisa yang relatif lemah dan terutama digunakan untuk melumpuhkan mangsa amfibi, tidak berbahaya bagi manusia. Ada pula ular lain seperti ular weling (Bungarus candidus) yang memiliki bisa neurotoksin mematikan namun bukan kobra, melainkan dari genus Bungarus.
4. Sikap Pertahanan
Kobra asli menunjukkan perilaku pertahanan yang khas dan mencolok saat merasa terancam. Mereka akan mendesis keras, mengangkat tubuh bagian depan, dan mengembangkan tudungnya untuk memperingatkan musuh. Sikap defensif ini sangat efektif dalam mengintimidasi predator.
Beberapa jenis kobra juga memiliki kemampuan menyemburkan bisa sebagai bentuk pertahanan tambahan. Kobra Jawa, misalnya, dikenal mampu menyemprotkan bisanya ke arah lawan. Perilaku ini, ditambah dengan tampilan tudung yang mengembang, menjadi ciri khas kobra sejati.
Ular yang mirip kobra mungkin juga menunjukkan perilaku defensif seperti memipihkan kepala atau mendesis. Namun, beberapa di antaranya memiliki trik pertahanan yang berbeda dan unik. Ular hognose timur, misalnya, akan mendesis dan mengangkat kepala bak kobra. Namun, jika gagal menakuti predator, ular ini akan berpura-pura mati dengan menggeliat, berguling terbalik, menganga, dan menjulurkan lidah.
People Also Ask
1. Apa perbedaan utama klasifikasi ilmiah antara kobra asli dan ular mirip kobra?
Jawaban: Kobra asli termasuk dalam genus Naja atau Ophiophagus, sedangkan ular mirip kobra seperti hognose atau rinkhals berada di genus atau famili yang berbeda.
2. Bagaimana kobra asli mengembangkan tudungnya sebagai mekanisme pertahanan?
Jawaban: Kobra asli memiliki tulang rusuk khusus yang memungkinkan kulit di lehernya memanjang ke luar, membentuk tudung lebar saat merasa terancam.
3. Jenis bisa apa yang dimiliki oleh kobra asli dan bagaimana strukturnya?
Jawaban: Kobra asli memiliki bisa neurotoksin yang sangat kuat dan taring depan yang tetap, mampu melumpuhkan sistem saraf mangsa atau predator.
4. Apakah ular hognose berbahaya bagi manusia seperti kobra?
Jawaban: Ular hognose timur umumnya tidak berbahaya bagi manusia karena bisanya relatif lemah dan terutama digunakan untuk melumpuhkan mangsa amfibi.