Liputan6.com, Jakarta Sejarah peradaban manusia tidak lepas dari pembangunan berbagai struktur megah, namun di baliknya tersimpan pula kisah-kisah kelam tentang kegagalan konstruksi. Bencana-bencana ini tidak hanya merenggut nyawa, tetapi juga meninggalkan pelajaran berharga tentang pentingnya integritas struktural, etika rekayasa, dan kepatuhan terhadap standar keselamatan. Insiden-insiden ini mencakup berbagai era, mulai dari zaman Romawi kuno hingga abad ke-21.
Setiap kasus kegagalan konstruksi terparah di dunia ini seringkali disebabkan oleh kombinasi faktor. Mulai dari desain yang cacat, penggunaan material di bawah standar, kelalaian dalam pengawasan, hingga pengabaian peringatan.
Dampaknya selalu mengerikan, dengan ribuan korban jiwa dan kerugian material yang tak terhitung jumlahnya. Tragedi-tragedi ini memaksa para insinyur, pemerintah, dan masyarakat untuk meninjau ulang praktik pembangunan dan memperketat regulasi demi mencegah terulangnya bencana serupa.
Liputan6 akan mengulas 15 kasus kegagalan konstruksi terparah yang pernah terjadi di dunia. Dari amfiteater yang runtuh di tengah pertunjukan gladiator hingga jembatan yang ambruk karena kepanikan massa, setiap cerita menawarkan perspektif unik tentang kerapuhan struktur buatan manusia di hadapan kesalahan teknis, keserakahan, atau kekuatan alam yang tak terduga. Simak ulasan lengkapnya sebagai berikut, dikutip dari mastt.com dan berbagai sumber, Selasa (7/10/2025).
1. Amfiteater Fidenae
Pada tahun 27 Masehi, sebuah amfiteater kayu yang dibangun dengan tergesa-gesa di Fidenae, dekat Roma, runtuh saat pertunjukan gladiator sedang berlangsung. Insiden tragis ini mengejutkan seluruh Kekaisaran Romawi karena skala kehancurannya yang masif.
Bencana ini terjadi akibat konstruksi yang buruk dan tergesa-gesa, serta kurangnya fondasi yang memadai. Struktur amfiteater menjadi tidak stabil dan akhirnya ambruk di bawah beban penonton yang sangat besar, menunjukkan kelalaian serius dalam perencanaan dan pelaksanaan.
Diperkirakan sekitar 20.000 hingga 50.000 orang tewas atau terluka dalam insiden tersebut, menjadikannya salah satu bencana struktural terburuk dalam sejarah Romawi. Jumlah korban yang sangat tinggi ini menjadi pengingat pahit akan bahaya konstruksi yang tidak memenuhi standar.
Kaisar Tiberius kemudian mengeluarkan dekrit yang melarang pembangunan amfiteater oleh individu tanpa kekayaan yang cukup dan menetapkan standar keamanan yang lebih ketat untuk konstruksi publik. Kebijakan ini bertujuan untuk mencegah terulangnya kasus kegagalan konstruksi serupa di masa depan.
2. Ponte das Barcas
Pada 29 Maret 1809, Ponte das Barcas (Jembatan Perahu) di Porto, Portugal, runtuh saat ribuan warga melarikan diri dari invasi pasukan Napoleon di bawah Marsekal Soult. Peristiwa ini terjadi di tengah kekacauan dan kepanikan yang melanda kota.
Jembatan ponton yang terbuat dari 20 perahu yang diikat bersama ini tidak mampu menahan beban massa yang panik. Akibatnya, jembatan ambruk dan banyak orang jatuh ke Sungai Douro, memperburuk situasi yang sudah genting.
Diperkirakan sekitar 4.000 orang tewas dalam bencana ini, baik karena tenggelam di sungai maupun terinjak-injak dalam kepanikan. Angka ini menjadikannya salah satu tragedi sipil terbesar yang terkait dengan konflik militer.
Tragedi ini menjadi simbol kekejaman perang dan kerentanan infrastruktur darurat di bawah tekanan ekstrem. Insiden ini menyoroti pentingnya perencanaan darurat yang solid dan infrastruktur yang tangguh, bahkan dalam situasi perang.
3. World Trade Center Towers
Pada 11 September 2001, kedua menara World Trade Center di New York City runtuh setelah ditabrak oleh pesawat yang dibajak oleh teroris. Peristiwa ini menjadi salah satu serangan teroris paling mematikan dalam sejarah modern.
Runtuhnya menara kembar ini disebabkan oleh kombinasi kerusakan struktural akibat benturan pesawat dan kebakaran hebat yang melemahkan baja inti bangunan. Suhu tinggi dari kebakaran jet fuel memainkan peran krusial dalam kegagalan struktur.
Peristiwa ini mengakibatkan kematian 2.753 orang di World Trade Center dan sekitarnya, meninggalkan duka mendalam bagi Amerika Serikat dan dunia. Dampak psikologis dan sosial dari tragedi ini sangat besar.
Runtuhnya menara-menara ini memicu perubahan signifikan dalam desain bangunan tinggi, prosedur evakuasi darurat, dan keamanan penerbangan di seluruh dunia. Standar keamanan bangunan dan penerbangan diperketat secara global setelah kejadian ini.
4. Bendungan South Fork
Pada 31 Mei 1889, Bendungan South Fork di Pennsylvania, AS, runtuh setelah hujan lebat, melepaskan 20 juta ton air dari Danau Conemaugh. Bencana ini dikenal sebagai Banjir Johnstown yang mematikan.
Bendungan tersebut, yang awalnya dibangun untuk Pennsylvania Railroad, telah dibeli dan dimodifikasi secara tidak memadai oleh sebuah klub memancing pribadi. Mereka mengabaikan peringatan tentang kondisi bendungan yang memburuk, menunjukkan kelalaian serius.
Gelombang air setinggi 35 hingga 40 kaki menyapu Lembah Little Conemaugh, menghancurkan beberapa kota, termasuk Johnstown, dan menewaskan 2.209 orang. Kerugian harta benda dan nyawa sangat besar.
Bencana ini menjadi salah satu bencana sipil terbesar dalam sejarah Amerika Serikat dan memicu perdebatan nasional tentang tanggung jawab teknik dan keselamatan infrastruktur. Ini mendorong peningkatan regulasi dan pengawasan terhadap bendungan.
5. Bendungan Vajont
Pada 9 Oktober 1963, sebuah tanah longsor besar jatuh ke waduk Bendungan Vajont di Italia, menciptakan gelombang raksasa yang meluap bendungan dan menghancurkan kota-kota di bawahnya. Kejadian ini merupakan contoh kegagalan yang dipicu oleh faktor geologis.
Meskipun bendungan itu sendiri tetap utuh, para insinyur telah mengabaikan tanda-tanda ketidakstabilan geologis di lereng gunung di atas waduk selama bertahun-tahun. Peringatan para geolog tidak diindahkan, berujung pada bencana.
Gelombang air setinggi 250 meter menyapu lembah di bawahnya, menewaskan sekitar 2.000 orang di kota-kota seperti Longarone. Skala kehancuran ini sangat masif dan memilukan.
Bencana Vajont menjadi studi kasus penting dalam geoteknik dan etika rekayasa, menyoroti pentingnya memahami interaksi antara struktur buatan manusia dan lingkungan alam. Pelajaran dari Vajont terus diajarkan di bidang teknik sipil.
6. Jembatan Eitai
Pada 20 September 1807, Jembatan Eitai di Edo (sekarang Tokyo), Jepang, runtuh saat ribuan orang berkumpul di atasnya untuk menyaksikan festival Kanda Myojin. Peristiwa ini terjadi di tengah keramaian festival budaya.
Jembatan kayu tersebut, yang merupakan salah satu jembatan terpanjang di Edo, tidak dirancang untuk menahan beban kerumunan yang begitu besar dan padat. Kapasitas beban jembatan telah terlampaui secara drastis.
Runtuhnya jembatan menyebabkan ratusan, bahkan mungkin ribuan, orang jatuh ke Sungai Sumida dan tenggelam. Tragedi ini menyoroti bahaya kerumunan massal pada infrastruktur yang tidak memadai.
Bencana ini menjadi pengingat tragis akan bahaya kerumunan massal pada infrastruktur dan pentingnya perencanaan keamanan untuk acara publik. Pemerintah kota kemudian memperketat regulasi untuk acara-acara besar.
7. Rana Plaza
Pada 24 April 2013, kompleks pabrik garmen Rana Plaza di Savar, Bangladesh, runtuh, menewaskan 1.134 pekerja dan melukai lebih dari 2.500 lainnya. Ini adalah salah satu bencana industri terburuk dalam sejarah.
Bangunan delapan lantai tersebut dibangun di atas tanah rawa tanpa izin yang tepat, dengan penambahan lantai ilegal dan penggunaan bahan bangunan yang tidak sesuai standar. Pelanggaran kode bangunan sangat jelas.
Retakan besar telah terlihat di gedung sehari sebelum runtuh, tetapi para pekerja dipaksa untuk kembali bekerja meskipun ada peringatan evakuasi. Keputusan ini menunjukkan pengabaian serius terhadap keselamatan pekerja.
Bencana ini menyoroti kondisi kerja yang berbahaya di industri garmen global dan memicu seruan internasional untuk reformasi keselamatan pabrik dan hak-hak pekerja. Tekanan global meningkatkan kesadaran akan isu ini.
8. Circus Maximus
Circus Maximus di Roma kuno mengalami beberapa insiden runtuhnya tribun penonton, yang paling terkenal terjadi pada tahun 14 M dan 36 M. Insiden ini menunjukkan tantangan dalam mengelola kerumunan besar.
Insiden-insiden ini sering kali disebabkan oleh konstruksi kayu yang tidak memadai atau pemeliharaan yang buruk. Hal ini dikombinasikan dengan beban ribuan penonton yang bersemangat, menyebabkan kegagalan struktural.
Runtuhnya tribun ini menyebabkan banyak kematian dan cedera, meskipun jumlah pastinya tidak selalu tercatat secara detail dalam sejarah. Kejadian ini menjadi pengingat akan bahaya di tempat hiburan massal.
Bencana-bencana ini mendorong Kaisar Tiberius untuk memerintahkan perbaikan dan penguatan struktur. Ia juga menetapkan peraturan yang lebih ketat untuk pembangunan dan pemeliharaan tempat-tempat umum, demi keselamatan warga.
9. Sampoong Department Store
Pada 29 Juni 1995, Sampoong Department Store di Seoul, Korea Selatan, runtuh, menewaskan 502 orang dan melukai 937 lainnya. Tragedi ini menjadi simbol kelalaian dan korupsi.
Penyebab utama keruntuhan adalah serangkaian keputusan konstruksi yang tidak etis dan ilegal. Ini termasuk perubahan desain dari bangunan tempat tinggal menjadi department store, penambahan lantai ilegal, dan penggunaan beton berkualitas rendah.
Manajemen toko mengabaikan peringatan retakan struktural yang jelas dan bahkan memindahkan barang dagangan ke lantai atas yang rusak. Mereka memilih untuk tidak mengevakuasi gedung, menunjukkan pengabaian total terhadap keselamatan.
Bencana ini menjadi simbol korupsi dan kelalaian dalam industri konstruksi Korea Selatan. Hal ini menyebabkan peninjauan ulang standar keselamatan bangunan secara nasional dan penegakan hukum yang lebih ketat.
10. Bendungan St. Francis
Pada 12 Maret 1928, Bendungan St. Francis di California, AS, runtuh tak lama sebelum tengah malam, melepaskan 12,4 miliar galon air. Peristiwa ini merupakan salah satu bencana teknik sipil terburuk di AS.
Penyebab keruntuhan adalah fondasi geologis yang tidak stabil di bawah bendungan, yang tidak sepenuhnya dipahami atau diatasi oleh insinyur kepala, William Mulholland. Kesalahan penilaian geologis menjadi faktor kunci.
Gelombang air setinggi 140 kaki menyapu lembah di bawahnya, menghancurkan komunitas dan menewaskan sedikitnya 431 orang. Bencana ini menjadikannya salah satu bencana sipil terburuk di California.
Bencana ini menyebabkan perubahan besar dalam praktik rekayasa sipil di California. Ini termasuk persyaratan untuk pengawasan geologis independen dan lisensi insinyur sipil, meningkatkan standar profesional.
11. Wisma Gereja Sinagog
Pada tanggal 12 September 2014, sebuah wisma tamu enam lantai di kompleks Synagogue Church of All Nations (SCOAN) di Lagos, Nigeria, runtuh. Insiden ini menarik perhatian internasional karena jumlah korban.
Insiden ini menewaskan 116 orang, sebagian besar adalah warga negara Afrika Selatan yang mengunjungi gereja tersebut. Tragedi ini menimbulkan pertanyaan serius tentang standar bangunan di Nigeria.
Penyelidikan menunjukkan bahwa bangunan tersebut dibangun secara ilegal tanpa izin yang memadai dan memiliki cacat struktural. Ini termasuk fondasi yang tidak memadai dan penambahan lantai tanpa penguatan yang tepat, menunjukkan pelanggaran serius.
Pemimpin gereja, T.B. Joshua, awalnya mengklaim bahwa keruntuhan itu disebabkan oleh serangan teroris. Namun, laporan koroner kemudian menyimpulkan bahwa itu adalah kegagalan struktural, menyoroti pentingnya penyelidikan objektif.
12. Gedung Weiguan Jinlong
Pada tanggal 6 Februari 2016, Gempa bumi Kaohsiung 2016 menyebabkan runtuhnya Gedung Weiguan Jinlong (Golden Dragon) di Tainan, Taiwan. Bencana ini menewaskan 115 dari 116 korban jiwa gempa tersebut.
Penyelidikan pasca-bencana mengungkapkan bahwa bangunan apartemen 17 lantai tersebut memiliki cacat konstruksi yang serius. Ini termasuk penggunaan kaleng minyak goreng dan busa polistiren sebagai pengisi dalam kolom beton, praktik yang sangat berbahaya.
Selain itu, baja tulangan yang digunakan tidak sesuai standar dan desain strukturalnya tidak memadai. Hal ini membuatnya sangat rentan terhadap gempa bumi di wilayah rawan gempa, menunjukkan kelalaian desain dan material.
Tiga eksekutif perusahaan konstruksi yang bertanggung jawab atas pembangunan gedung tersebut kemudian didakwa dan dihukum karena kelalaian yang menyebabkan kematian. Kasus ini menjadi peringatan keras bagi para pengembang.
13. Gedung CTV
Pada tanggal 22 Februari 2011, Gedung CTV di Christchurch, Selandia Baru, runtuh total selama gempa bumi Christchurch, menewaskan 115 orang. Bencana ini menyoroti kerentanan bangunan terhadap gempa.
Penyelidikan resmi menemukan bahwa bangunan enam lantai tersebut memiliki cacat desain struktural yang mendasar. Terutama dalam desain kolom dan baloknya, yang membuatnya sangat rentan terhadap gempa bumi.
Desain asli bangunan tersebut tidak memenuhi standar yang berlaku pada saat konstruksi pada tahun 1980-an. Modifikasi selanjutnya tidak memperbaiki kelemahan ini, memperburuk risiko struktural.
Bencana ini menyoroti perlunya peninjauan ulang yang ketat terhadap desain bangunan, terutama di zona seismik aktif. Pentingnya kepatuhan terhadap kode bangunan menjadi pelajaran krusial dari tragedi ini.
14. Jembatan Hyatt Regency Walkway
Pada 17 Juli 1981, dua jembatan gantung di lobi Hyatt Regency Hotel di Kansas City, Missouri, AS, runtuh. Insiden ini terjadi selama pesta dansa teh, menewaskan 114 orang dan melukai lebih dari 200 lainnya.
Penyebab langsung keruntuhan adalah perubahan desain kritis pada sistem batang gantung jembatan yang dilakukan oleh kontraktor. Perubahan ini dilakukan tanpa persetujuan insinyur desain asli, menunjukkan pelanggaran prosedur.
Perubahan ini secara signifikan meningkatkan beban pada sambungan tertentu, melebihi kapasitas desainnya. Hal ini menyebabkan kegagalan struktural yang fatal dan tidak terduga.
Bencana ini menjadi studi kasus penting dalam etika rekayasa dan tanggung jawab profesional. Ini menyebabkan pencabutan lisensi insinyur yang terlibat dan peninjauan ulang praktik desain dan konstruksi secara luas.
15. Champlain Towers Soutt
Pada 24 Juni 2021, sebagian dari Champlain Towers South, sebuah kondominium 12 lantai di Surfside, Florida, AS, runtuh, menewaskan 98 orang. Tragedi ini mengejutkan dunia.
Penyelidikan awal menunjukkan bahwa penyebabnya kemungkinan adalah kegagalan struktural jangka panjang. Ini disebabkan oleh desain yang cacat, konstruksi yang buruk, dan pemeliharaan yang tidak memadai, terutama pada pelat kolam renang dan dek parkir di bawah gedung.
Sebuah laporan teknik dari tahun 2018 telah mengidentifikasi "kerusakan struktural besar" dan "kerusakan beton yang meluas" di bawah dek kolam renang. Namun, perbaikan yang direkomendasikan belum sepenuhnya dilakukan, menunjukkan pengabaian peringatan.
Bencana ini memicu peninjauan ulang kode bangunan dan persyaratan inspeksi di seluruh Florida dan negara bagian lain. Terutama untuk bangunan tua di daerah pesisir, guna mencegah terulangnya kasus kegagalan konstruksi serupa.
People Also Ask
1. Apa penyebab utama kegagalan konstruksi terparah di dunia?
Jawaban: Penyebab utamanya bervariasi, meliputi konstruksi yang tergesa-gesa, fondasi tidak memadai, desain cacat, penggunaan material di bawah standar, hingga kelalaian dan pengabaian peringatan.
2. Berapa banyak korban jiwa yang diakibatkan oleh kasus-kasus kegagalan konstruksi ini?
Jawaban: Jumlah korban jiwa sangat bervariasi, mulai dari ratusan hingga puluhan ribu orang, tergantung pada skala dan jenis bencana.
3. Apa dampak jangka panjang dari kasus-kasus kegagalan konstruksi ini?
Jawaban: Dampak jangka panjangnya termasuk perubahan signifikan dalam standar desain bangunan, prosedur evakuasi, keamanan penerbangan, etika rekayasa, dan peraturan keselamatan infrastruktur.
4. Mengapa Amfiteater Fidenae runtuh?
Jawaban: Amfiteater Fidenae runtuh pada tahun 27 M karena konstruksi kayu yang buruk dan tergesa-gesa serta kurangnya fondasi memadai, menyebabkan ambruk di bawah beban penonton.
5. Apa yang menyebabkan runtuhnya World Trade Center Towers?
Jawaban: Runtuhnya World Trade Center Towers pada 11 September 2001 disebabkan oleh kombinasi kerusakan struktural akibat benturan pesawat dan kebakaran hebat yang melemahkan baja inti bangunan.