Apa Dampak Suku Bunga untuk Gerak Pasar Kripto? Ini Penjelasan Ahli

9 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta - Kebijakan suku bunga yang diterapkan oleh the Federal Reserve (The Fed) memiliki pengaruh signifikan terhadap pasar kripto, terutama dalam menentukan likuiditas dan minat investor terhadap aset berisiko seperti Bitcoin dan altcoin. 

Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur menuturkan, ekspektasi pasar saat ini menunjukkan The Fed kemungkinan besar tidak akan menurunkan suku bunga dalam pertemuan FOMC mendatang. Dengan probabilitas 99%, suku bunga diperkirakan tetap bertahan, yang menyebabkan ketidakpastian di pasar kripto.

"Ketidakpastian ini telah menciptakan tekanan bearish di pasar kripto. Seorang whale bahkan membuka posisi short Bitcoin senilai $368 juta dengan leverage 40x, mengindikasikan bahwa sebagian besar pelaku pasar masih mengantisipasi kemungkinan penurunan harga BTC dalam jangka pendek,” ujar Fyqieh kepada Liputan6.com, Senin (17/3/2025).

Suku Bunga Buat Investor Pilih Aset dengan Risiko Rendah

Lebih lanjut, suku bunga tinggi mendorong investor untuk lebih memilih aset berisiko rendah seperti obligasi pemerintah dan dolar AS, yang menawarkan imbal hasil lebih stabil dibandingkan aset kripto yang cenderung volatil. 

“Data terbaru menunjukkan bahwa dalam empat minggu terakhir, produk investasi kripto mencatat outflow sebesar USD 4,75 miliar, dengan Bitcoin mengalami arus keluar terbesar mencapai USD 756 juta,” tambahnya.

Di sisi lain, ketegangan perdagangan yang meningkat, terutama akibat kebijakan tarif dagang yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump terhadap Kanada, Meksiko, dan China, juga memberikan tekanan tambahan pada perekonomian global. Kondisi ini semakin memperburuk prospek kebijakan moneter The Fed yang berpotensi tetap ketat dalam waktu dekat.

Promosi 1

Gerak Harga Bitcoin ke Depan

Dalam jangka pendek, tekanan ini bisa membuat Bitcoin kembali menguji level support di kisaran USD 78.000 - USD 75.000 jika The Fed memberikan sinyal hawkish dalam pertemuan FOMC mendatang. 

Namun, dalam jangka panjang, jika The Fed mulai mempertimbangkan pemangkasan suku bunga di paruh kedua 2025, pasar bisa kembali bullish dengan BTC berpotensi menembus level psikologis USD 90.000.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Ekonomi Lesu, Permintaan Bitcoin Merosot pada Awal 2025

Sebelumnya, permintaan Bitcoin (BTC) telah mencapai level terendah pada 2025, karena para pedagang dan investor mengambil pendekatan yang hati-hati terhadap aset berisiko akibat ketidakpastian ekonomi global.

Mengutip Cryptonews, Senin (17/3/2025) metrik Permintaan Bitcoin dari CryptoQuant menunjukkan permintaan BTC telah turun ke angka negatif 142 pada 13 Maret 2025.

CryptoQuant mencatat, permintaan Bitcoin yang positif sejak September 2024 telah memuncak pada Desember 2024 sebelum mulai turun perlahan kembali. Namun, tingkat permintaan tetap positif hingga awal Maret 2025 dan terus menurun sejak saat itu.

Kekhawatiran akan perang dagang yang berkepanjangan, ketegangan geopolitik, dan inflasi yang sangat tinggi, yang mereda tetapi tetap di atas target Federal Reserve sebesar 2%, menyebabkan para pedagang mengambil langkah mundur dari aset yang lebih berisiko dan beralih ke tempat berlindung yang aman seperti uang tunai dan surat berharga pemerintah.

Kehebohan pasca-pemilu AS juga telah mereda menyusul reaksi beragam dari para investor terhadap KTT Kripto Gedung Putih 7 Maret lalu, seiring dengan ketidakpastian ekonomi makro dan proses politik yang terjadi.

Meskipun angka inflasi CPI AS yang dilaporkan pada 12 Maret lebih rendah dari perkiraan, harga Bitcoin langsung turun setelah berita tersebut.

Selain Bitcoin, dana yang diperdagangkan di bursa kripto (ETF) juga mengalami arus keluar selama empat minggu berturut-turut pada bulan Februari dan minggu-minggu awal Maret 2025. Kondisi ini terjadi karena investor keuangan tradisional mencari pelarian ke tempat yang aman.

Sentimen pasar yang buruk dan ketakutan akan resesi yang mengancam memicu gelombang penjualan panik yang menyebabkan harga kripto jatuh.

Harga Bitcoin Telah Turun Lebih dari 22%

Sejak pelantikan Trump pada 20 Januari, Total3 Market Cap, ukuran total kapitalisasi pasar kripto tidak termasuk Ether dan BTC, anjlok lebih dari 27% dari lebih dari USD 1,1 triliun menjadi sekitar USD 795 miliar.

Demikian pula, harga Bitcoin turun lebih dari 22% dari tertinggi lebih dari USD 109.000 ke level saat ini.

Bitcoin telah diperdagangkan di bawah rata-rata pergerakan eksponensial (EMA) 200 hari sejak 9 Maret 2025, dengan penurunan sesekali di bawah EMA 200 hari selama Februari.

Analis kripto Matthew Hyland baru-baru ini berpendapat bahwa Bitcoin harus mengamankan penutupan setidaknya USD 89.000 pada jangka waktu mingguan atau berisiko mengalami koreksi lebih lanjut hingga USD 69.000.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |