Mitos dan Kepercayaan Budaya Terkait Gerhana Bulan Total, Bakal Terjadi pada 14 Maret 2025

6 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta Gerhana bulan total adalah fenomena alam yang selalu menarik perhatian banyak orang. Pada 14-15 Maret 2025, kita akan menyaksikan gerhana bulan total yang akan mengubah penampilan bulan menjadi merah darah, sebuah pemandangan yang menakjubkan. 

Fenomena ini terjadi ketika bumi berada tepat di antara matahari dan bulan, sehingga cahaya matahari yang biasanya menerangi bulan terhalang. Gerhana bulan total bukan hanya sekadar kejadian astronomi, tetapi juga sering kali diwarnai oleh berbagai mitos dan kepercayaan budaya di berbagai belahan dunia.

Di banyak budaya, gerhana bulan total dianggap sebagai pertanda atau simbol dari sesuatu yang lebih besar. Misalnya, di Indonesia, khususnya di pulau Jawa, masyarakat memiliki kepercayaan bahwa gerhana bulan disebabkan oleh Batara Kala, sosok raksasa jahat yang memakan bulan. 

Untuk mengusir Batara Kala, masyarakat akan melakukan berbagai ritual, seperti menabuh lesung atau alat-alat lain yang berbunyi keras. Hal ini menunjukkan bagaimana fenomena alam ini dapat mempengaruhi perilaku dan tradisi masyarakat setempat.

Selain itu, ada juga kepercayaan yang mengaitkan gerhana bulan dengan bencana atau penyakit, terutama jika terjadi di bulan Muharram. Kepercayaan ini menunjukkan betapa dalamnya hubungan antara fenomena alam dan kepercayaan spiritual dalam masyarakat. Dalam konteks yang lebih luas, kita akan menjelajahi berbagai mitos dan kepercayaan budaya lainnya yang muncul seiring dengan gerhana bulan total ini.

Di belahan dunia lain, seperti di kalangan suku Inca, gerhana bulan dianggap sebagai tanda buruk yang terjadi ketika jaguar memakan bulan. Kepercayaan ini mencerminkan bagaimana masyarakat kuno berusaha menjelaskan fenomena alam yang sulit dipahami. Berbagai mitos ini tidak hanya menciptakan rasa takut, tetapi juga membentuk pola perilaku masyarakat yang beradaptasi dengan kepercayaan yang ada.

Hari ini diperkirakan bakal terjadi satu fenomena alam yang jarang muncul, yakni gerhana bulan total super blood moon. Indonesia termasuk wilayah di dunia yang bisa melihatnya secara langsung.

Promosi 1

Mitos dan Kepercayaan Budaya di Berbagai Belahan Dunia

Masyarakat di seluruh dunia memiliki cara unik untuk memahami dan merespons gerhana bulan total. Di Jawa, misalnya, masyarakat percaya bahwa gerhana bulan disebabkan oleh Batara Kala, yang dianggap sebagai raksasa jahat. 

Untuk mengusir Batara Kala, mereka melakukan ritual dengan menabuh lesung atau alat-alat lain yang berbunyi keras. Selain itu, ibu hamil juga dianjurkan untuk mengolesi perut mereka dengan abu sebagai bentuk perlindungan bagi janin. Kepercayaan ini menunjukkan betapa eratnya hubungan antara fenomena alam dan kehidupan sehari-hari masyarakat.

Di sisi lain, suku Inca memiliki mitos yang berbeda. Mereka percaya bahwa gerhana bulan terjadi karena jaguar memakan bulan, yang dianggap sebagai pertanda buruk. Mitos ini mencerminkan bagaimana masyarakat kuno mencoba untuk memahami kekuatan alam yang tidak dapat mereka kendalikan. 

Di berbagai wilayah lainnya, ada kepercayaan yang melarang ibu hamil untuk keluar rumah selama gerhana, serta larangan untuk makan atau melakukan pekerjaan rumah tangga. Beberapa budaya bahkan memiliki tradisi menggunakan peniti atau pakaian merah sebagai simbol perlindungan dari cacat pada janin.

Dampak Mitos Terhadap Perilaku Masyarakat

Mitos dan kepercayaan yang terkait dengan gerhana bulan tidak hanya menjadi cerita, tetapi juga berdampak langsung pada perilaku masyarakat. Banyak masyarakat yang melakukan ritual tertentu saat gerhana, seperti memukul lesung, berdoa, atau melakukan salat gerhana, terutama dalam budaya Islam. 

Ritual-ritual ini bertujuan untuk menangkal dampak buruk yang diyakini terkait dengan gerhana. Hal ini menunjukkan bahwa fenomena alam ini dapat memicu tindakan kolektif dalam komunitas.

Selain itu, banyak masyarakat yang membatasi aktivitas mereka selama gerhana. Mereka cenderung menghindari keluar rumah, makan, atau bekerja. Ibu hamil, khususnya, seringkali dikekang aktivitasnya karena takut akan dampak buruk yang mungkin terjadi. 

Dalam beberapa budaya, makanan yang dimasak selama gerhana dianggap terkontaminasi dan tidak layak untuk dikonsumsi. Ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh mitos terhadap pola makan dan perilaku sehari-hari masyarakat.

Rasa ketakutan dan kecemasan juga dapat muncul akibat mitos yang mengaitkan gerhana dengan bencana atau nasib buruk. Masyarakat yang percaya pada mitos ini mungkin mengalami kecemasan yang berlebihan saat gerhana terjadi. 

Namun, penting untuk dicatat bahwa meskipun banyak orang masih memegang teguh kepercayaan ini, penjelasan ilmiah tentang gerhana bulan telah membantu mengurangi sebagian besar ketakutan dan kesalahpahaman yang ada.

Warisan Budaya dan Tradisi

Meskipun kemajuan ilmu pengetahuan telah memberikan pemahaman yang lebih baik tentang gerhana bulan, mitos dan kepercayaan budaya yang ada tetap menjadi bagian penting dari warisan budaya masyarakat. 

Mereka mencerminkan cara masyarakat di masa lalu memahami dan berinteraksi dengan fenomena alam yang tidak mereka pahami sepenuhnya. Mitos-mitos ini tidak hanya membawa makna spiritual, tetapi juga menciptakan ikatan sosial dalam komunitas.

Dengan adanya gerhana bulan total yang akan terjadi pada 14-15 Maret 2025, masyarakat di berbagai belahan dunia akan kembali merasakan dampak dari mitos dan kepercayaan ini. 

Meskipun pengetahuan ilmiah telah mengubah cara pandang kita terhadap fenomena ini, kepercayaan dan tradisi yang ada tetap hidup di hati masyarakat. Ini adalah contoh nyata bagaimana manusia berusaha memahami dan merespons dunia di sekitar mereka.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |