Liputan6.com, Jakarta Bitcoin (CRYPTO: BTC) semakin menjadi aset yang dilirik dan dimiliki oleh perusahaan-perusahaan besar. Namun, ini bukan berarti investor ritel harus serta-merta mengikuti langkah tersebut—lagipula, tidak semua aset yang dibutuhkan perusahaan untuk operasionalnya layak dimiliki oleh investor individu melalui Bitcon..
Meski begitu, tren ini menarik untuk ditelaah lebih dalam: apakah layak untuk mulai membeli lebih banyak Bitcoin, atau justru lebih bijak tetap berpegang pada rencana investasi awal?
Prediksi Berani yang Bisa Dorong Harga Naik
Dikutip dari Yahoo Finance, Senin (7/4/2025), menurut Elliot Chun, mitra di Architect Partners—sebuah firma penasihat aset kripto—pada tahun 2030 sekitar 25% perusahaan dalam indeks S&P 500 (SNPINDEX: ^GSPC) diperkirakan akan menyimpan Bitcoin sebagai aset jangka panjang dalam neraca keuangan mereka.
Ada beberapa alasan di balik prediksi ini. Pertama, Bitcoin dianggap dapat berfungsi sebagai lindung nilai terhadap inflasi mata uang fiat.
Kedua, Bitcoin bisa menjadi cara yang efisien bagi para eksekutif perusahaan untuk mendiversifikasi kas perusahaan mereka, yang berpotensi mengurangi risiko.
Dan jika harga Bitcoin terus meningkat seiring waktu, para eksekutif tidak akan disalahkan karena telah memberi eksposur positif terhadap aset ini.
90 Perusahaan
Saat ini, menurut Chun, baru ada sekitar 90 perusahaan publik yang menyimpan Bitcoin sebagai aset kas, dan sebagian besar bukan bagian dari S&P 500.
Jika 25% dari perusahaan dalam indeks tersebut—yakni sekitar 125 perusahaan—memegang Bitcoin, maka artinya sejumlah besar pemain besar dunia akan terlibat dalam investasi ini.
Dan karena mereka adalah perusahaan dengan sumber daya keuangan yang sangat besar, permintaan baru terhadap Bitcoin akan meningkat signifikan jika prediksi ini menjadi kenyataan.
Apakah Ini Saat yang Tepat untuk Membeli Bitcoin?
Adopsi Bitcoin oleh perusahaan dan institusi keuangan kini semakin cepat, dan seperti disebutkan, mereka memiliki kapasitas dana yang jauh lebih besar dibanding investor ritel.
Jika mereka mulai menyimpan Bitcoin di neraca mereka, permintaan besar terhadap koin ini akan mendorong harga naik karena jumlah koin yang tersedia tetap terbatas.
Yang perlu dicermati lebih lanjut adalah apakah para pembeli baru ini akan memegang Bitcoin dalam jangka panjang. Jika perusahaan hanya menganggap Bitcoin sebagai bentuk lain dari uang tunai, maka pembelian besar bisa segera diikuti dengan penjualan saat mereka membutuhkan dana untuk transaksi barang atau jasa.
Bahkan, penjualan besar-besaran untuk membiayai belanja modal bisa menekan harga. Namun, skenario ini dinilai tidak terlalu mungkin terjadi dalam kasus ini.