Liputan6.com, Jakarta - Tether, penerbit stablecoin terbesar di dunia akan meraup dana USD 15 miliar-USD 20 miliar atau sekitar Rp 250,07 triliun-Rp 333,43 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.671). Nilai penggalangan dana itu dikabarkan dapat menyamai nilai perusahaan kripto dengan OpenAI.
Mengutip CNBC, Rabu (24/9/2025), perusahaan yang berbasis di El Salvador ini berencana mengumpulkan dana jumbo tersebut untuk sekitar 3% saham melalui private placement, demikian berdasarkan laporan Bloomberg mengutip sumber.
Segera setelah laporan itu, CEO Tether Paolo Ardoino mengonfirmasi rencana penggalangan dana di akun resmi platform X dahulu bernama Twitter. Ia menuturkan, Tether mengevaluasi penggalangan dana dari sekelompok investor kunci terkemuka sudah terpilih.
Dana tersebut akan "memaksimalkan skala" strategi Tether di seluruh lini bisnis yang sudah ada dan yang baru dengan "beberapa kali lipat," ia menambahkan.
Lini bisnis tersebut meliputi stablecoin, distribusi ubiquity, kecerdasan buatan, perdagangan komoditas, energi, komunikasi, dan media.
"Transaksi ini akan melibatkan ekuitas baru, alih-alih investor yang sudah ada menjual saham mereka,” kata sumber kepada Bloomberg.
Masih dalam Pembicaraan
Laporan tersebut menyatakan seseorang yang dekat dengan masalah ini memperingatkan pembicaraan masih dalam tahap awal, yang berarti detail akhirnya, termasuk besaran penawaran, dapat berubah.
Namun, kesepakatan ini pada akhirnya dapat menilai Tether sekitar USD 500 miliar atau Rp 8.338 triliun, menurut laporan tersebut. Artinya, valuasi raksasa kripto ini akan menyaingi beberapa perusahaan swasta terbesar di dunia, termasuk SpaceX dan OpenAI.
Putaran penggalangan dana OpenAI awal tahun ini menilai perusahaan teknologi tersebut sebesar USD 300 miliar atau Rp 5.000 triliun.
Tether, yang pernah dituduh sebagai "mata uang kripto andalan para penjahat", telah melanjutkan rencananya untuk kembali ke AS dalam beberapa bulan terakhir, mengingat sikap pro-kripto Presiden Donald Trump.
Kapitalisasi Tether
Awal bulan ini, perusahaan tersebut telah menunjuk seorang CEO untuk bisnisnya di AS dan untuk bisnis serta institusi di AS yang disebut USAT, yang akan diatur di AS berdasarkan Undang-Undang GENIUS.
Stablecoin USD Tether (USDT) dipatok terhadap dolar AS dengan kapitalisasi pasar yang baru-baru ini melampaui USD 172 miliar atau Rp 2.868 triliun . Di posisi kedua adalah stablecoin USDC milik Circle, pesaing Tether, yang bernilai sekitar USD 74 miliar atau Rp 1.234 triliun.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Tether Bidik Ekspansi di AS Usai Rilis UU Stablecoin
Sebelumnya, Tether, penerbit stablecoin terbesar di dunia sedang bersiap untuk memperluas kehadirannya di Amerika Serikat (AS). Hal ini setelah penandatanganan undang-undang (UU) kripto oleh Presiden AS Donald Trump.
CEO Tether (USDT) Paolo Ardoino menuturkan kepada Bloomberg, pihaknya sedang bersiap memperluas bisnisnya di AS menyusul pengesahan undang-undang stablecoin AS baru-baru ini. Perseroan bertujuan menyediakan produk stablecoin teregulasi yang dirancang khusus untuk pemakaian institusional, termasuk pembayaran, penyelesaian antarbank dan infrastruktur perdagangan.
"Kami sedang dalam proses membangun strategi domestik AS,” kata Ardoino," seperti dikutip dari Crypto News, Kamis (24/7/2025).
Ia menambahkan, strategi ini akan fokus pada pasar institusional AS, menyediakan stablecoin yang efisien untuk pembayaran, tetapi juga untuk penyelesaian dan perdagangan antarbank.
Perusahaan lebih memilih beroperasi secara privat karena membangun kemitraan yang teregulasi. Token utamanya USDT merupakan aset digital yang paling banyak diperdagangkan, berdasarkan volume secara global, dengan sirkulasi sebesar USD 163 miliar per Juli 2025.