Liputan6.com, Jakarta 42% masyarakat generasi milenial di Amerika Serikat kini berbelanja dengan menggunakan kripto. Hal itu diungkapkan dalam studi baru berjudul Millennial Shopping Habits: Trend Report 2025 yang disusun oleh Coupon Follow.
Mengutip News.bitcoin.com, Rabu (30/4/2025) studi Coupon Follow juga menemukan bahwa 8% peserta studi sering menggunakannya kripto jika memungkinkan, sementara 14% menggunakannya sesekali.
Namun, studi tersebut menemukan seperlima atau 20% peserta jarang menggunakan mata uang kripto saat melakukan pembelian, sementara 11% lainnya hampir tidak menggunakannya untuk berbelanja.
Temuan studi Coupon Follow konsisten dengan studi sebelumnya yang menunjukkan kelompok usia milenial terbuka untuk merangkul teknologi keuangan yang sedang berkembang.
Sebagai contoh, sebuah studi Bankrate tahun 2021 menemukan hampir setengah dari generasi milenial Amerika "setidaknya agak nyaman" berinvestasi dalam aset kripto.
Studi yang sama juga menemukan 12% generasi milenial AS memandang Bitcoin sebagai cara terbaik untuk menginvestasikan uang yang tidak akan mereka perlukan setidaknya selama 10 tahun.
Namun, hampir empat tahun kemudian, tidak hanya lebih banyak generasi milenial yang menyadari kripto (93%), tetapi sejumlah besar menggunakannya untuk pembelian sehari-hari.
Sebagai contoh, data studi Coupon Follow menunjukkan bahwa 4% dari 1.185 generasi milenial AS yang disurvei telah melakukan lebih dari 10 pembelian dengan kripto dalam 12 bulan terakhir.
Sebanyak 15% peserta lainnya menyatakan bahwa mereka melakukan antara enam dan 10 pembelian dengan kripto selama periode yang sama, sementara 45% melakukan antara dua dan lima pembelian. Namun, 20% peserta tidak menggunakan kripto mereka untuk melakukan pembelian.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Pembatasan Dicabut, Bank dan Lembaga Keuangan AS Bisa Pakai Kripto
Diwwartakan sebelumnya, Komisi Bursa dan Sekuritas (SEC) Amerika Serikat (AS) telah mencabut aturan yang membatasi layanan kripto bagi perbankan dan layanan keuangan tradisional. Dengan begitu, kripto dimungkinkan diadopsi oleh perbankan.
Mengutip Bitcoin.com, Pemimpin sementara SEC, Mark T. Uyeda, telah mencabut pedoman yang dikeluarkan dalam Staff Accounting Bulletin 121 (SAB 121), yang melarang bank menawarkan layanan kripto karena persyaratan komisi tersebut.
Dalam Staff Accounting Bulletin 122 terbarunya, komisi menyatakan bahwa mereka "mencabut pedoman interpretatif yang tercantum dalam Bagian FF dari Topik 5 dalam Seri Staff Accounting Bulletin yang berjudul Akuntansi untuk Kewajiban untuk Menjaga Kripto-Aset yang Dimiliki Entitas untuk Pengguna Platformnya."
Bullettin ini, yang pertama kali diperkenalkan pada Maret 2022, dikritik karena dampaknya yang merugikan terhadap kemajuan kripto di lingkungan perbankan. Pedoman tersebut memaksa lingkungan perbankan untuk menganggap volume kripto sebagai bagian dari neraca bank, dengan implikasi biaya tinggi terkait. Bulletin ini juga menjadi pusat perang kongres dengan eksekutif.
Awal tahun ini, Undang-Undang Tinjauan Kongres (CRA) disahkan dengan dukungan bipartisan untuk mengakhiri SAB 121. Namun, mantan Presiden Biden memveto inisiatif ini, dengan alasan bahwa menandatanganinya akan “secara tidak tepat membatasi kemampuan SEC untuk menetapkan pengaman yang tepat dan menangani masalah di masa depan.”
Komisioner SEC Hester Peirce, yang dikenal di kalangan kripto sebagai 'crypto mom' merayakan peristiwa ini.
"Selamat tinggal, SAB 121! Itu tidak menyenankan," kata Peirce, yang menentang sikap yang diambil SEC dalam SAB 121 sejak pertama kali diterbitkan.
Senada, Senator pro-kripto Cynthia Lummis juga memuji langkah ini, dengan mencatat bahwa SAB 121 'merusak' industri perbankan, menghambat inovasi di bidang aset digital di AS.
Dengan dicabutnya aturan ini, bank dan lembaga keuangan tradisional lainnya kini bebas untuk menyertakan layanan kripto. Ini termasuk kustodian, kepada pelanggan mereka, membuka pintu bagi lonjakan besar orang untuk bergabung dengan saluran kripto.
Potensi Bitcoin di Tengah Dominasi Dolar AS
Sebelumnya, Goldman Sachs, salah satu raksasa Wall Street, mulai melirik potensi Bitcoin. Meskipun belum sepenuhnya terjun, perusahaan ini mengakui teknologi blockchain yang mendasari Bitcoin memiliki potensi besar untuk merevolusi sistem keuangan global.
Melansir coinmarketcap, Jumat (24/1/2025), Goldman Sachs saat ini sedang aktif meneliti dan mengembangkan aplikasi berbasis blockchain untuk meningkatkan efisiensi transaksi keuangan.
Salah satu fokus utama adalah pada pengembangan produk dan layanan yang dapat memanfaatkan keunggulan teknologi blockchain seperti transparansi, keamanan, dan desentralisasi.
CEO Goldman Sachs, David Solomon melihat blockchain dapat memberikan solusi inovatif untuk berbagai tantangan dalam industri keuangan, termasuk penyelesaian transaksi yang lebih cepat, pengurangan biaya, dan peningkatan transparansi.
Dengan memanfaatkan teknologi ini, perusahaan berharap dapat menawarkan produk dan layanan baru yang lebih kompetitif dan menarik bagi klien mereka.