Liputan6.com, Jakarta - Cadangan Bitcoin di bursa kripto utama kini menyentuh level terendah sepanjang sejarah. Penurunan ini didorong oleh aksi akumulasi besar-besaran dari investor institusional dan pemegang jangka panjang (long-term holders).
Melansir Coinmarketcap, Senin (2/6/2025), dua platform utama, Binance dan Bitget, telah mengonfirmasi tren ini dan mengindikasikan adanya pergeseran perilaku pasar yang signifikan.
Menurut pernyataan dari Binance cadangan Bitcoin di bursa telah mencapai rekor terendah. Menunjukkan akumulasi yang kuat oleh pemegang jangka panjang.
Tren ini menjadi sinyal kuat semakin banyak investor memilih untuk menyimpan Bitcoin mereka di wallet pribadi, bukan di bursa. Artinya, mereka tidak berniat menjual dalam waktu dekat dan percaya harga akan naik di masa depan. Hal ini mencerminkan keyakinan jangka panjang terhadap nilai aset digital tersebut.
Langkanya Bitcoin di Bursa Bisa Picu Kenaikan Harga
Menurunnya cadangan Bitcoin di bursa memiliki dampak langsung terhadap ketersediaan pasokan untuk diperjualbelikan. Dalam kondisi seperti ini, likuiditas pasar menurun karena jumlah BTC yang tersedia semakin sedikit. Jika permintaan meningkat, kelangkaan ini bisa memicu lonjakan harga yang signifikan.
Para analis mencatat pergerakan ini sering kali menjadi pertanda awal tren bullish. Berdasarkan pola historis, fase akumulasi oleh investor jangka panjang biasanya terjadi sebelum harga melonjak.
Pengurangan cadangan juga dianggap sebagai strategi para institusi besar yang ingin mengamankan posisi sebelum potensi apresiasi harga. Pergerakan ini mengindikasikan keyakinan harga Bitcoin akan meningkat dalam waktu dekat, apalagi ketika permintaan mulai naik.
Faktor Regulasi dan Teknologi Masih Stabil
Meskipun pasar kripto cukup fluktuatif, saat ini belum ada perubahan besar dari sisi regulasi maupun teknologi yang memengaruhi pergerakan harga. Namun demikian, akumulasi besar-besaran seperti sekarang ini tetap menjadi faktor fundamental penting yang bisa memicu perubahan besar dalam valuasi Bitcoin ke depannya.
Tren seperti ini tidak hanya menandai minat jangka panjang terhadap Bitcoin, tapi juga menunjukkan pergeseran strategi pasar secara keseluruhan, dari jual-beli cepat menuju penyimpanan jangka panjang sebagai aset lindung nilai.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
JD Vance: AS Harus Manfaatkan Bitcoin untuk Saingi China
Sebelumnya, Wakil Presiden Amerika Serikat (AS), J.D. Vance kembali melontarkan pernyataan optimistis terkait industri kripto, terutama Bitcoin (BTC) di negaranya.
Melansir South China Morning Post, Minggu (1/6/2025), Vance menyebutkan bahwa kewaspadaan China terhadap Bitcoin (BTC) dapat mendorong AS untuk membangun keunggulan strategisnya dalam aset digital. Sebagai informasi, perdagangan dan penambangan kripto telah dilarang di China sejak 2021.
Saat Gedung Putih mendorong perombakan kebijakan kripto, Vance mengatakan Bitcoin akan menjadi aset penting secara strategis bagi AS selama dekade berikutnya.
Dalam pidatonya di Konferensi Bitcoin di Las Vegas, Vance memuji perintah eksekutif Presiden AS Donald Trump pada Maret 2025 yang menciptakan cadangan bitcoin strategis dengan token yang sudah dimiliki oleh pemerintah.
"Republik Rakyat Tiongkok tidak menyukai bitcoin. Nah, kita harus bertanya pada diri sendiri, mengapa demikian? Mengapa musuh terbesar kita adalah penentang Bitcoin, dan jika Tiongkok menjauh dari Bitcoin, maka mungkin Amerika Serikat harus condong ke Bitcoin," ucap Vance.
Kebangkitan saat Trump Berkuasa
Aset digital di AS telah mengalami kebangkitan di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, yang meraup uang tunai dari industri kripto di jalur kampanye dengan berjanji untuk menjadi "presiden kripto".
Pada minggu pertamanya menjabat, Trump memerintahkan pembentukan kelompok kerja mata uang kripto untuk mengusulkan regulasi aset digital. Pada bulan Maret 2025, ia menjamu sekelompok eksekutif kripto di Gedung Putih.
Kongres AS saat ini sedang mempertimbangkan undang-undang untuk membuat kerangka regulasi bagi stablecoin, jenis mata uang kripto yang dipatok dengan dolar AS.
Industri kripto juga telah melobi anggota parlemen AS untuk meloloskan undang-undang yang menciptakan aturan baru bagi aset digital dan menghabiskan lebih dari USD 119 juta untuk mendukung kandidat kongres pro-kripto dalam pemilihan tahun lalu.