Liputan6.com, Jakarta - Harga kripto Bitcoin saat ini hanya sekitar 4% di bawah rekor tertingginya, namun para investor jangka panjang mulai melihat penurunan keuntungan yang belum mereka realisasikan.
Menurut data dari CryptoQuant, dikutip dari cryptopotato, Kamis (3/7/2025), rata-rata keuntungan belum terealisasi bagi pemegang jangka panjang kripto dengan kapitalisasi terbesar—dihitung menggunakan rasio MVRV—saat ini berada di sekitar 220%.
Sebagai informasi, rasio MVRV (Market Value to Realized Value) adalah indikator yang membandingkan harga pasar Bitcoin dengan harga rata-rata saat aset tersebut dibeli. Metrik ini membantu mengukur apakah Bitcoin saat ini terlalu mahal atau justru masih murah.
Meski angka 220% masih tergolong tinggi, namun itu lebih rendah dibandingkan saat pasar mencapai puncaknya pada Maret dan Desember 2024, yakni di level MVRV 300% hingga 350%.
CryptoQuant mencatat bahwa harga beli rata-rata pemegang jangka panjang kini sekitar USD 39.000 atau kurang lebih Rp 631 juta (estimasi kurs Rp 16.196 per USD). Artinya, meskipun keuntungan belum terealisasi menurun, investor lama masih mencatat cuan signifikan dari posisi mereka.
Keuntungan saat ini juga mirip dengan yang terlihat selama koreksi pasar pada Oktober 2024, yang menandakan bahwa meski harga Bitcoin tetap kuat, pasar belum masuk ke fase puncak euforia.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Target Selanjutnya: USD 140.000?
Untuk bisa menyamai rekor puncak siklus sebelumnya, Bitcoin diperkirakan harus naik ke level USD 140.000 atau Rp 2,26 miliar. Saat ini, Bitcoin diperdagangkan di kisaran USD 107.000 atau 1,73 miliar.
Namun, menjelang kuartal ketiga tahun ini (Q3 2025), para pelaku pasar mulai bersiap menghadapi periode yang biasanya lebih tenang.
Menurut analis kripto Daan Crypto Trades, Q3 dikenal sebagai periode dengan pergerakan harga yang lambat dan volume perdagangan yang rendah, terutama selama bulan-bulan musim panas.
Fenomena ini tidak hanya terjadi pada Bitcoin, tapi juga Ethereum. Likuiditas pasar cenderung turun, membuat kuartal ketiga menjadi periode "lesu" dalam siklus tahunan kripto.
Meski demikian, Daan menekankan bahwa periode lambat ini justru sering menjadi saat munculnya narasi baru yang bisa memicu pergerakan selanjutnya. Hal ini juga sejalan dengan pandangan analis Bitfinex, yang menilai bahwa tren bullish Bitcoin belum berakhir, meski kuartal ini diprediksi bergerak lebih lambat.
Momentum Pasar Mulai Melemah?
Indikator lain yang perlu dicermati adalah Skor Bull Bitcoin, yang saat ini berada di level netral 50. Indikator ini digunakan untuk mengukur kekuatan tren naik (bullish) di pasar.
Agar tren naik bisa berlanjut, skor ini idealnya berada di atas 60. Sebaliknya, skor di bawah 40 menandakan kecenderungan pasar bearish.
Dengan skor saat ini di angka 50, kondisi pasar Bitcoin masih berada di tengah-tengah—belum cukup kuat untuk mendukung reli baru, namun juga belum masuk ke fase penurunan besar.