BPBD: Korban Tewas Banjir dan Longsor di Sumut Bertambah Jadi 226

Medan, CNN Indonesia --

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Utara (Sumut) mencatat jumlah korban akibat banjir dan longsor yang melanda sejumlah wilayah di provinsi semakin meningkat seiring operasi SAR yang masih intens dilakukan.

"Total warga terdampak saat ini mencapai 360.216 kepala keluarga atau 1.358.348 jiwa. Dari jumlah tersebut, 226 orang telah ditemukan meninggal dunia dan 188 masih hilang," ujar Kabid Penanganan Darurat, Peralatan, dan Logistik BPBD Sumut, Sri Wahyuni Pancasilawati, Senin (1/12) pagi.

Selain korban jiwa, sebanyak 603 orang mengalami luka-luka.

Gelombang pengungsian juga terus bertambah seiring masih tingginya risiko di sejumlah lokasi.

Saat berita ini ditulis, BPDB Sumut mencatat 21.496 kepala keluarga atau 85.382 jiwa mengungsi karena rumah mereka rusak atau berada di kawasan yang tidak lagi aman.

Bencana ini melanda Tapanuli Tengah, Sibolga, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Pakpak Bharat, Humbang Hasundutan, Nias, Padangsidimpuan, Langkat, Nias Selatan, Serdangbedagai, Medan, Deliserdang, Tanah Karo, Tebingtinggi, Batubara, Binjai, dan Asahan.

Tak hanya itu, 9 kabupaten kota juga telah menetapkan status tanggap darurat bencana alam antara lain Kota Tebingtinggi ( 27 November - 10 Desember), Kabupaten Deliserdang menetapkan status tanggap darurat bencana banjir dan longsor ( 27 November 2025 - 10 Desember 2025).

Kemudian Kota Medan ( 27 November 2025 - 11 Desember 2025), Kabupaten Langkat ( 26 November 2025 - 2 Desember 2025), Tapanuli Selatan ( 24 November 2025 - 7 Desember 2025)

Mandailing Natal ( 26 November 2025 - 9 Desember 2025), Tapanuli Utara ( 25 November 2025 - 9 Desember 2025), Humbang Hasundutan ( 26 November 2025 - 3 Desember 2025) dan Sibolga (25 November 2025 - 9 Desember 2025).

"Masa tanggap darurat ditetapkan beragam menyesuaikan kondisi lapangan masing-masing daerah," kata Sri Wahyuni.

Sri Wahyuni mengatakan BPBD bersama pemerintah kabupaten/kota terus melakukan asesmen kondisi terdampak dan menyalurkan bantuan kebutuhan pokok, terutama ke wilayah yang terisolasi akibat kerusakan akses jalan.

"Upaya pendataan detail masih berlangsung. Petugas gabungan juga dikerahkan untuk mempercepat distribusi bantuan dan memastikan warga terdampak mendapatkan kebutuhan dasar," ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Suharyanto dalam konferensi pers di Bandara Silangit, Tapanuli Utara, Minggu (30/11), menyatakan jumlah korban meninggal per saat itu yang ditemukan di wilayah Sumut mencapai 217 orang. Selain itu per saat itu dilaporkan 209 orang hilang, dan 16 luka-luka.

Secara keseluruhan total korban meninggal banjir dan longsor di tiga provinsi Sumatra--Aceh, Sumut, Sumatera Barat (Sumbar)--per Minggu kemarin mencapai 442 orang, dan 402 masih dinyatakan hilang.

Sebelumnya, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatra Utara (Sumut) menyatakan banjir bandang hingga tanah longsor di sejumlah daerah Sumut diduga terjadi karena kerusakan Ekosistem Harangan Tapanuli atau Batang Toru.

Beberapa hari lalu, Direktur Eksekutif Walhi Sumut, Rianda Purba menyebutkan daerah-daerah yang mengalami kerusakan terparah berada di sekitar Batang Toru yang meliputi Kabupaten Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, dan Kota Sibolga.

Kemudian, lewat akun media sosial Instagramnya, Walhi Sumut memaparkan data rekaman citra satelit yang menunjukkan masifnya pembukaan lahan hutan untuk pembangunan proyek ini. Ribuan batang pohon yang diduga mengganggu fungsi ekosistem Harangan Tapanuli, khususnya DAS Batang Toru.

[Gambas:Instagram]

Menurut Walhi Sumut yang terjadi hari ini bukan sekadar banjir, namun kerusakan massif yang berdaampak pada seluruh ekosistem dan masyarakat yang berada di sekitar Harangan Tapanuli.

Selain itu, organisasi Satyabumi dalam unggahan di media sosial X-nya memaparkan soal kondisi hutan yang menggundul dari 2016 hingga 2024.

[Gambas:Twitter]

Sebelumnya viral ribuan kayu gelondongan terseret banjir Sumatra. Kemenhut pun menyatakan masih menelusuri sumber dan penyebab ribuan kayu gelondongan yang terbawa banjir di Sumatra.

Dalam pernyataan, Minggu (30/11), Dirjen Gakkum Kemenhut Dwi Januanto Nugroho mengatakan kayu-kayu yang terbawa banjir di Sumatera dapat berasal dari beragam sumber mulai dari pohon lapuk, pohon tumbang, material bawaan sungai, area bekas penebangan legal, hingga penyalahgunaan Pemegang Hak Atas Tanah (PHAT) dan pembalakan liar (illegal logging).

(fnr/kid)

[Gambas:Video CNN]