Top 3: Makanan Kaya Magnesium untuk Menurunkan Tekanan Darah

20 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta Apakah Anda mendapatkan cukup magnesium? Jika tidak, Anda mungkin kehilangan cara alami untuk menurunkan tekanan darah dan mempersiapkan diri Anda untuk umur panjang.

Seberapa penting magnesium untuk menjalani hidup yang panjang dan sehat? Cukup penting, menurut sebuah studi tahun 2010 di American Heart Journal yang mengikuti 14.232 orang dewasa berusia antara 45 dan 64 tahun selama 12 tahun. 

Pada akhir studi, 264 subjek mengalami kematian jantung mendadak. Mereka yang selamat menunjukkan kadar magnesium yang lebih tinggi daripada mereka yang meninggal, yang mengarah pada kesimpulan bahwa kadar magnesium yang rendah mungkin terkait dengan risiko kematian akibat penyakit jantung yang lebih tinggi.

Meskipun demikian, mungkin sulit untuk mengetahui makanan mana yang akan memberi Anda cukup magnesium dan Anda membutuhkan beberapa ratus miligram untuk mencapai kadar puncak. 

Artikel tentang 3 makanan kaya magnesium terbaik yang dapat membantu menurunkan tekanan darah secara alami menjadi yang terpopuler di kanal Citizen6-Liputan6.com. Disusul dengan artikel tentang 4 makanan yang harus dihindari bila memiliki kolesterol tinggi.

Sementara itu artikel terpopuler ketiga tentang studi ungkap pernikahan dapat meningkatkan risiko demensia.

Berikut Top 3 Citizen6:

1. 3 Makanan Kaya Magnesium Terbaik yang Dapat Membantu Menurunkan Tekanan Darah Secara Alami

Menurut lembar fakta yang diterbitkan oleh National Institutes of Health (NIH), pria membutuhkan antara 400 dan 420 miligram magnesium sehari, dan wanita antara 310 dan 320 miligram.

Oleh karena itu, Anda mungkin merasa terbantu untuk mengonsumsi makanan dan camilan kaya magnesium yang terbuat dari biji-bijian, kacang pohon dan kacang tanah, atau produk kedelai.

Selengkapnya...

2. 4 Makanan yang Harus Dihindari Bila Memiliki Kolesterol Tinggi

Kolesterol tinggi adalah kondisi di mana kadar kolesterol dalam darah melebihi batas normal. Kolesterol merupakan zat lemak yang penting untuk tubuh, tetapi jika kadarnya berlebihan, bisa berbahaya.

Banyak orang tidak menyadari mereka memiliki kolesterol tinggi karena sering kali tidak menunjukkan gejala awal. Kondisi ini baru diketahui ketika sudah terjadi komplikasi serius seperti serangan jantung atau stroke. Oleh karena itu, pemeriksaan kadar kolesterol secara berkala sangat penting.

Gejala kolesterol tinggi sering kali tidak terlihat, tetapi jika sudah sangat tinggi, beberapa tanda yang mungkin muncul antara lain nyeri dada, nyeri kaki saat berjalan, sesak napas, dan sakit kepala.

Gejala lainnya termasuk mudah lelah, kesemutan di tangan dan kaki, serta benjolan kekuningan yang disebut xanthoma. Kenaikan berat badan juga dapat memperburuk kondisi ini, dan kehilangan keseimbangan bisa menjadi tanda stroke yang dipicu oleh kolesterol tinggi.

Makanan yang Anda makan dapat menjadi salah satu penyumbang paling signifikan terhadap kolesterol tinggi. Umumnya, makanan yang tinggi lemak jenuh (dianggap sebagai lemak tidak sehat) adalah penyebab terbesar dalam hal peningkatan kolesterol.

Kolesterol adalah zat lemak yang dibutuhkan tubuh Anda untuk mendukung proses tubuh tertentu. Namun, mengonsumsi makanan tinggi kolesterol sering kali dapat menyumbat pembuluh darah Anda dan menyebabkan masalah seperti penyakit jantung dan stroke. 

Selengkapnya...

3. Studi Ungkap Pernikahan Dapat Meningkatkan Risiko Demensia

Kita telah mendengar bahwa pernikahan baik untuk kesehatan kita. Lagi pula, memiliki seseorang di sisi kita dapat berarti dukungan emosional, sosial, dan finansial. Namun, bagaimana jika gagasan ini ditentang oleh bukti baru yang menunjukkan bahwa pernikahan mungkin bukan perlindungan utama terhadap demensia?

Faktanya, sebuah studi baru mengungkapkan bahwa tidak menikah dapat memiliki dampak yang mengejutkan dalam mengurangi risiko demensia. Dihimpun dari Brightside, studi terbaru menganalisis data dari lebih dari 24.000 orang dewasa yang lebih tua selama 18 tahun.

Ketika para peserta pertama kali bergabung dalam studi, beberapa sudah mengalami gangguan kognitif ringan. Menariknya, mereka yang tidak menikah menunjukkan kemungkinan yang lebih rendah dari kondisi mereka untuk berkembang menjadi demensia penuh dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang menikah.

Sepanjang studi, beberapa peserta kehilangan pasangan mereka. Dan mereka yang menjadi janda memiliki risiko lebih rendah untuk mengalami demensia daripada mereka yang tetap menikah.

Para peneliti memperhitungkan berbagai faktor, termasuk usia, jenis kelamin, ras, pendidikan, dan penanda kesehatan fisik dan mental lainnya.

Namun, ada satu pola konsisten yang menonjol: Individu yang belum menikah cenderung tidak mengalami demensia, khususnya Alzheimer dan demensia Lewy body, dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang sudah menikah.

Selengkapnya...

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |