Berdasarkan beberapa matan hadits terdapat tiga kunci utama untuk membuka pintu-pintu surga sebagai barikut:
1. Pertama, bersaksi tiada Tuhan selain Allah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مِفْتَاحُ اْلجَنَّةِ شَهَادَةٌ أَنْ لَا إِلهَ إلَّا الله
Artinya, “Kunci surga adalah bersaksi Tiada Tuhan Selain Allah” (HR. Ahmad).
Dr. Muhammad Taqiyuddin al-Hilali as-Subki dalam kitabnya berjudul Hukmu Tarikis Shalati ‘Amadan Hatta Yakhruja Waktuha (1982:15) memberikan penjelasan terkait dengan hadits di atas sebagai berikut:
فَاِنَّ الشَّهَادَةَ أَصْلُ اْلمِفْتَاحِ
Artiya: “Sesungguhnya bersaksi (bahwa tiada Tuhan selain Allah) merupakan fondasi kunci.”
Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah menjadi dasar pertama apakah seseorang akan dapat masuk surga atau tidak. Tanpa amal batiniah yang disebut tauhid ini semua amal kebaikan manusia tidak ada artinya dalam kaitannya dengan keselamatan di akhirat. Ia tidak akan masuk surga karena surga hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang bersaksi dengan sepenuh keyakinan bahwa Allah adalah Tuhan satu-satunya.
2. Kedua, menegakkan shalat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مِفْتَاحُ اْلجَنَّةِ اَلصّلَاةُ
Artinya: “Kunci surga adalah menegakkan shalat”
(Dari Jabir bin Abdillah RA). Shalat adalah kunci utama kedua setelah syahadat. Ia merupakan amal lahiriah sekaligus merupakan perwujudan iman kepada Allah subahanu wa ta’ala. Dr. Muhammad Taqiyuddin al-Hilali as-Subki selanjutnya memberikan penjelasan tentang hubungan shalat dengan syahadat sebagai berikut:
وَالصَّلَاةُ وَبَقِيَّةُ اْلاَرْكَانِ اَسْنَانُهُ الَّتِيْ لاَ يَحْصُلُ اْلفَتْحُ اِلَّا بِهَا
Artinya: “Shalat dan masing-masing rukunnya merupakan gigi-gigi kunci yang memungkinkan terbukanya (pintu surga).”
Rasulullah shallahu alaihi wa sallam juga menjelaskan dalam sebuah haditsnya tentang pentingnya shalat dalam hubungannya dengan keselamatan seseorang di hari Kiamat karena shalat adalah amal jasmaniah pertama yang akan dihisab sebagai berikut:
أَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ عَلَيْهِ اْلعَبْدُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ اَلصَّلَاةُ، فَإِنْ صَلَحَتْ صَلَحَ سَائِرُ عَمَلِهِ وَإنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ عَمَلِهِ
Artinya: “Amal pertama kali seorang hamba akan dihisab di hari Kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik, maka baiklah seluruh amalnya. Dan jika shalatnya buruk, rusaklah semua amalnya.” (HR. at-Thabrani). Shalat memiliki pengaruh kuat terhadap amal-amal seseorang di luar shalat. Jika shalatnya baik, maka baiklah seluruh amal lainnya. Artinya jika shalat dikerjakan dengan baik sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum dan adab yang berlaku, tentulah shalatnya akan diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Hal ini berpengaruh positif terhadap amal-amal seseorang di luar shalat. Jika shalatya buruk, maka seluruh amal lainnya juga buruk.
3. Ketiga, mencintai fakir miskin.
Rasulullah shallallahu ‘alaih wa sallam bersabda:
وَمِفْتَاحُ اْلجَنَّةِ حُبُّ اْلمَسَاكِيْنِ وَاْلفُقَرَاءِ
Artinya, “Dan kunci surga adalah mencinta fakir-miskin.”
(Dari Ibnu Umar R.A) Mencintai fakir miskin merupakan kunci surga yang mewakili ibadah sosial dalam ranah akhlak. Al-Qur’an menyebut orang-orang yang tidak peduli terhadaap anak yatim dan fakir- miskin sebagai para pendusta agama.
رَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ (١) فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ (٢) وَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ
Artinya: “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.” (QS. Al-Ma’un: 1-3)