Asal-Usul dan Makna Tradisi Sungkem di Hari Raya Idul Fitri

1 day ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Umat Muslim akhirnya merayakan hari kemenangan. Setelah sebulan penuh menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan, umat Muslim merayakan Hari Raya Idul Fitri ini dengan penuh suka cita.

Selain menjadi waktu berkumpul bersama keluarga, Lebaran juga identik dengan tradisi saling memaafkan antar keluarga dan sanak saudara.

Salah satu tradisi yang tak pernah absen saat Lebaran adalah tradisi sungkem atau sungkeman. Tradisi ini umumnya dilakukan oleh anak kepada orangtua atau orang yang lebih tua sebagai wujud rasa hormat, terima kasih, dan permohonan maaf.

Lantas, apa sebenarnya makna di balik tradisi sungkem ini dan bagaimana asal-usulnya?

Makna Tradisi Sungkem

Tradisi sungkem memiliki beberapa makna yang dalam. Pertama, sungkem bisa diartikan sebagai sarana untuk melatih kerendahan hati.

Dalam budaya Jawa, sungkem melibatkan gerakan merendahkan badan, yang seakan menunjukkan penghormatan dan rasa rendah hati kepada orang yang lebih tua. Gestur ini mencerminkan pengakuan akan kebesaran orang yang lebih tua dalam keluarga atau masyarakat.

Kedua, tradisi sungkem juga merupakan wujud terima kasih anak kepada orangtua atau orang yang lebih tua. Ungkapan terima kasih ini disampaikan dalam bentuk gestur yang menunjukkan penghormatan dan kesediaan untuk menerima bimbingan serta ajaran yang telah diberikan sepanjang hidup.

Lebih dari itu, tradisi sungkem juga menjadi ajang untuk menyatakan penyesalan dan memohon maaf atas segala kesalahan atau perbuatan buruk yang mungkin telah dilakukan kepada orangtua atau saudara. Dengan sungkem, hubungan antar generasi dapat diperbaiki dan dipererat.

Tradisi lebaran ala Betawi, warga Duri Kosambi, Jakarta Barat, gelar halal bihalal selama 7 hari berturut-turut. Tradisi ini sudah lama berlangsung sejak puluhan tahun lalu.

Promosi 1

Sungkem sebagai Perpaduan Budaya Jawa dan Islam

Mengutip dari Merdeka, Minggu (30/3/2025), menurut Dr. Umar Khayam, seorang budayawan senior Universitas Gadjah Mada, tradisi sungkem merupakan akulturasi budaya Jawa dengan ajaran Islam.

Meskipun tidak ada catatan sejarah yang pasti mengenai asal-usul tradisi ini, banyak yang meyakini bahwa tradisi sungkem mulai berkembang di kalangan masyarakat Indonesia setelah ajaran Islam masuk ke Tanah Air.

Para ulama pada masa itu mendorong umat untuk mempraktikkan sungkem sebagai bagian dari budaya saling memaafkan setelah bulan Ramadan, dengan tujuan agar dosa-dosa umat bisa terhapuskan.

Perpaduan budaya Jawa yang menghormati orangtua dan ajaran Islam tentang pentingnya saling memaafkan inilah yang menjadikan tradisi sungkem semakin meluas di Indonesia. Tradisi ini tidak hanya menjadi bagian dari budaya, tetapi juga menjadi pengingat pentingnya menjaga akhlak yang baik dalam berhubungan dengan sesama, terutama kepada orang yang lebih tua.

Sungkem, Simbol Akhlak Mulia

Meskipun tradisi sungkem melibatkan gerakan fisik yang menunjukkan kerendahan hati, bukan berarti hal itu menunjukkan rendahnya derajat seorang individu.

Sebaliknya, tradisi sungkem menggambarkan akhlak yang mulia, yaitu sikap hormat dan pengakuan terhadap orang lain, serta rasa terima kasih yang tulus.

Tujuan utama dari tradisi sungkem bukan hanya sekadar untuk meminta maaf, tetapi juga sebagai penghormatan kepada orangtua dan sesama yang telah memberikan ajaran hidup berharga. Sebagai sebuah tradisi yang terus berkembang, sungkem juga menjadi simbol kehangatan dan kedamaian dalam hubungan keluarga dan masyarakat.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |