Bukan Cuma Haus Perhatian, Ini 6 Hal yang Paling Dibenci Orang Narsis

1 month ago 24

Liputan6.com, Jakarta Orang dengan sifat narsistik seringkali dikenal karena kebutuhan mereka yang besar akan perhatian dan pujian. Mereka haus pengakuan, suka dipuji, dan ingin menjadi sorotan utama di mana pun mereka berada, seolah dunia berputar di sekitar mereka.

Namun, di balik kebutuhan akan validasi tersebut, ada beberapa situasi yang secara signifikan dapat mengganggu, menyinggung, atau bahkan mengancam ego mereka yang rapuh. Hal-hal ini, yang mungkin dianggap biasa oleh orang lain, bisa menjadi pukulan besar yang menyakitkan bagi individu narsistik.

Menariknya, hal-hal ini sering kali dianggap sepele oleh kebanyakan orang, namun bagi mereka yang memiliki ciri-ciri orang NPD, ini adalah pemicu utama ketidaknyamanan dan reaksi negatif. Berikut Liputan6.com rangkum dari DMnews enam hal yang paling dibenci oleh orang narsistik.

Diminta Bertanggung Jawab atas Kesalahannya

Individu narsistik sangat menghindari tanggung jawab atas kesalahan yang mereka buat. Jika Anda pernah menegur orang narsistik soal kesalahan, Anda mungkin langsung melihat bagaimana mereka buru-buru mengalihkan kesalahan ke orang lain. Mereka bisa menyalahkan siapa saja—pasangan, teman kerja, bahkan cuaca—asal bukan diri sendiri.

Menurut psikolog Dr. Ramani Durvasula, tanggung jawab adalah semacam “racun” bagi mereka. Mengapa? Karena mengakui kesalahan berarti merusak citra sempurna yang telah mereka bangun mati-matian. Jika mereka salah, maka mereka bukan yang terbaik—dan ini sungguh menakutkan bagi seorang narsistik.

Daripada mengakui kesalahan dan memperbaikinya, mereka lebih memilih untuk menunjukkan reaksi yang ekstrem. Mereka bisa marah, ngambek, atau bahkan diam seribu bahasa, sebagai bentuk pertahanan diri dari pengakuan atas ketidaksempurnaan mereka.

Hubungan yang Emosional dan Tulus

Orang narsis merasa tidak nyaman dengan keintiman emosional dan cenderung mengalihkan fokus pembicaraan kembali kepada diri mereka sendiri. Jika Anda pernah mencoba mengobrol serius dari hati ke hati dengan mereka, Anda mungkin menyadari bahwa pembicaraan itu tiba-tiba malah kembali fokus ke mereka, meskipun Anda sedang curhat.

Ini bukan sekadar kurang peka, tapi memang mereka tidak nyaman berada dalam situasi yang melibatkan keintiman emosional. Mereka tidak siap untuk empati dan keterbukaan yang dibutuhkan dalam hubungan yang sehat. Begitu obrolan mulai menyentuh emosi yang dalam, mereka langsung mundur atau malah mengganti topik.

Mereka lebih nyaman dengan hubungan yang dangkal dan penuh pujian, bukan yang penuh kejujuran dan kerentanan. Hubungan yang sehat membutuhkan empati dan saling terbuka, namun narsistik cenderung tidak siap untuk dua hal itu, sehingga seringkali menciptakan dinamika yang timpang.

Diminta Menghormati Batasan Orang Lain

Bagi mereka yang narsis, batasan pribadi orang lain seringkali dianggap sebagai hambatan kecil yang bisa dilanggar sesuka hati. Misalnya, mereka tidak ragu menelepon tengah malam hanya untuk mengobrol soal hal sepele, atau terus-menerus menuntut perhatian, bahkan saat Anda sedang sibuk dengan hal penting.

Namun, lucunya, saat mereka yang membuat batasan—entah soal reputasi, privasi, atau harga diri—mereka bisa sangat ketat. Jika Anda menyentuh sedikit saja batasan mereka, mereka bisa langsung bereaksi berlebihan dan merasa diserang.

Maka penting banget bagi kita untuk menetapkan batasan yang jelas dan konsisten saat berurusan dengan orang narsistik. Mereka mungkin tidak suka, tapi itu adalah cara paling sehat untuk menjaga keseimbangan dan kesehatan dalam hubungan, serta melindungi diri dari perilaku mereka yang melanggar batas.

Melihat Orang Lain Sukses, Apalagi Orang Terdekat

Salah satu hal paling menyakitkan bagi individu narsistik adalah saat orang terdekatnya meraih keberhasilan, terutama jika itu berarti perhatian publik beralih dari dirinya ke orang lain. Mereka merasa terancam ketika ada orang lain yang bersinar, karena itu mengikis posisi mereka sebagai pusat perhatian.

Sebagai contoh, ada seorang klien bernama Jenna yang bercerita tentang pasangannya yang berubah dingin dan murung setelah ia mendapat promosi di kantor. Bukannya ikut senang, pasangannya malah bersikap seolah-olah sukses Jenna adalah ancaman bagi dirinya, menunjukkan rasa iri yang mendalam.

Menurut Psych Central, orang narsistik biasanya sulit melihat orang lain bahagia, kecuali jika kebahagiaan atau kesuksesan tersebut memberi keuntungan langsung bagi mereka. Mereka melihat kesuksesan orang lain sebagai kompetisi, bukan sesuatu yang patut dirayakan bersama.

Bahkan kadang mereka memberi pujian setengah hati atau malah meremehkan pencapaian orang lain. Semua ini muncul dari rasa iri yang mendalam karena mereka merasa harus selalu menjadi yang paling menonjol dan superior di antara yang lain.

Mendapat Kritik, Sekalipun Itu Lembut dan Membangun

Kritik, walau disampaikan dengan cara yang sopan dan bertujuan baik, bisa terasa seperti serangan pribadi bagi orang narsistik. Mereka tidak mampu membedakan antara kritik terhadap tindakan mereka dan kritik terhadap diri mereka sebagai individu, sehingga setiap masukan dianggap sebagai penghinaan.

Cukup bilang, “Coba lebih teliti ya ngerjainnya,” dan Anda bisa langsung disambut dengan drama. Entah itu marah, menangis, atau malah menyalahkan balik—apa saja asal mereka tidak harus mengakui kekurangan atau kesalahan yang mereka buat.

Dalam pandangan mereka, kritik berarti Anda bilang mereka tidak sempurna, dan jika mereka tidak sempurna, maka Anda adalah musuh. Ini menunjukkan betapa rapuhnya ego mereka dan betapa kuatnya kebutuhan mereka akan citra diri yang sempurna dan tak bercela.

Hal ini bisa membuat hidup atau kerja bareng mereka jadi sangat melelahkan. Bahkan hal kecil seperti meminta bantuan di rumah bisa jadi medan perang emosional, karena setiap permintaan atau saran bisa diartikan sebagai kritik terhadap kemampuan atau keberadaan mereka.

Melihat Orang Lain Mendapat Empati atau Perhatian

Orang narsistik sangat mendambakan simpati, perhatian, dan kekaguman. Jadi saat orang lain—apalagi yang mereka anggap “biasa saja”—mendapat dukungan emosional atau menjadi pusat perhatian, mereka bisa merasa tersingkir dan iri. Mereka merasa bahwa perhatian tersebut seharusnya ditujukan kepada mereka.

Misalnya, saat teman Anda mendapat perhatian karena sedang berduka atau sakit, si narsistik bisa tiba-tiba bersikap sinis atau malah mengalihkan pembicaraan ke masalahnya sendiri. Mereka merasa cemburu karena bukan mereka yang menjadi pusat perhatian emosional saat itu, dan cenderung memanipulasi situasi agar perhatian kembali pada diri mereka.

Bagi mereka, simpati adalah sumber daya langka yang seharusnya hanya untuk mereka. Mereka kesulitan untuk menunjukkan empati kepada orang lain karena fokus utama mereka adalah diri sendiri dan bagaimana mereka bisa mendapatkan validasi dari lingkungan sekitar.

Alih-alih ikut menunjukkan empati, mereka bisa merasa cemburu karena bukan mereka yang menjadi pusat perhatian emosional saat itu. Ini adalah manifestasi dari kebutuhan mereka yang tak terbatas akan kekaguman dan pengakuan, yang seringkali mengabaikan kebutuhan emosional orang lain.

QNA Seputar Orang Narsis

Q1: Apakah orang narsistik sadar kalau mereka punya sifat narsistik?

A: Tidak selalu. Banyak orang narsistik justru tidak menyadari bahwa perilaku mereka bermasalah. Mereka mungkin merasa diri mereka hanya “percaya diri” atau “berhak” mendapatkan hal-hal tertentu. Karena narsistik cenderung sulit menerima kritik dan melihat kekurangan diri, mereka sering kali menolak label tersebut bahkan saat perilaku mereka sudah merugikan orang lain.

Q2: Apakah semua orang yang suka perhatian itu otomatis narsistik?

A: Tidak. Suka diperhatikan adalah sifat manusia yang normal, apalagi dalam situasi tertentu. Yang membedakan narsistik adalah kebutuhan ekstrem untuk jadi pusat perhatian, ditambah kurangnya empati, manipulatif, dan cenderung mengecilkan orang lain demi menjaga citra diri. Jadi, bukan semua orang yang senang dipuji itu narsistik.

Q3: Bisa nggak orang narsistik berubah atau sembuh?

A: Bisa, tapi tidak mudah. Perubahan memerlukan kesadaran diri yang tinggi, komitmen untuk berubah, dan bantuan profesional seperti terapi. Masalahnya, banyak orang dengan sifat narsistik tidak merasa perlu berubah karena merasa tidak salah. Namun, jika mereka benar-benar menyadari dampaknya terhadap orang lain, perubahan tetap mungkin terjadi.

Q4: Apa bedanya orang narsistik biasa dengan gangguan kepribadian narsistik (NPD)?

A: Sifat narsistik ada pada spektrum. Banyak orang bisa menunjukkan perilaku narsistik sesekali, terutama saat stres atau ingin terlihat menonjol. Tapi Narcissistic Personality Disorder (NPD) adalah kondisi psikologis yang lebih ekstrem dan menetap, memengaruhi cara berpikir, merasakan, dan berinteraksi dengan orang lain. Diagnosis NPD hanya bisa ditegakkan oleh profesional kesehatan mental.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |