7 Tanda Kepribadian Perfeksionis Serta Tips Menyeimbangkan Ekspektasi Tinggi dan Realitas

7 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta - Setiap individu memiliki karakter dan kepribadian yang berbeda, terbentuk dari lingkungan serta pengalaman hidup. Salah satu kepribadian yang sering dianggap sebagai kekuatan sekaligus kelemahan adalah perfeksionisme.

Perfeksionis dikenal sebagai orang yang selalu ingin tampil sempurna dalam segala hal. Meski dapat mendorong seseorang menuju pencapaian tinggi, sifat ini juga bisa menimbulkan tekanan mental yang cukup berat.

Mulai dari stres, kecemasan, hingga depresi, bisa menjadi efek samping dari dorongan untuk menjadi sempurna.

Dalam dunia kerja dan kehidupan sehari-hari, perfeksionis sering kali dinilai sebagai pribadi yang berprestasi. Namun, mereka juga rentan kecewa dan terlalu keras pada diri sendiri.

Mengutip dari Verywell Mind, Selasa (20/5/2025), berikut beberapa tanda Anda memiliki kepribadian perfeksionis:

1. Hanya Fokus pada Hasil Akhir, Bukan Proses

Bagi seorang perfeksionis, hasil akhir adalah segalanya. Mereka sangat memperhatikan hasil, tetapi sering kali mengabaikan proses yang dilalui. Padahal, proses adalah bagian penting dalam perkembangan diri dan pembelajaran.

6 Arti Warna Lipstik Ini Cerminkan Kepribadian Penggunanya

2. Mudah Merasa Tertekan Ketika Tujuan Tidak Tercapai

Perfeksionis memiliki kecenderungan untuk menyalahkan diri sendiri jika tujuan mereka tidak tercapai secara sempurna. Perasaan gagal itu bisa sangat membebani, hingga berdampak pada kesehatan mental.

Mereka juga lebih sulit menerima kegagalan sebagai bagian dari proses pembelajaran. Alih-alih bangkit dan mencoba lagi dengan pendekatan baru, perfeksionis lebih sering terjebak dalam perasaan bersalah dan rasa kecewa yang mendalam.

3. Memiliki Ketakutan Berlebihan terhadap Kegagalan

Bagi perfeksionis, kegagalan bukan hanya kesalahan, tetapi bisa dianggap sebagai ancaman terhadap harga diri dan identitas. Mereka merasa nilai dirinya ditentukan oleh keberhasilan yang bisa mereka capai.

Ketakutan ini sering kali membuat mereka menunda pekerjaan (prokrastinasi), karena lebih memilih tidak memulai daripada mengambil risiko gagal. Padahal, kegagalan adalah bagian normal dari pertumbuhan. Tapi bagi perfeksionis, itu terasa seperti bencana besar.

4. Memiliki Pola Pikir “Sempurna atau Tidak Sama Sekali”

Salah satu tanda utama perfeksionis adalah cara pandang yang ekstrem terhadap keberhasilan. Mereka sering melihat hasil dalam dua kategori, sempurna atau gagal total. Tidak ada ruang untuk “cukup baik” atau “sudah berusaha maksimal.”

Bagi perfeksionis, sebuah tugas dianggap berhasil hanya jika sesuai dengan ekspektasi tinggi mereka. Jika ada sedikit kekurangan, maka itu langsung dianggap sebagai kegagalan. Akibatnya, mereka sulit merasa bangga terhadap diri sendiri.

5. Terlalu Kritis terhadap Diri Sendiri dan Orang Lain

Orang dengan kepribadian perfeksionis sering kali menjadi pengkritik terbesar untuk diri sendiri. Mereka fokus pada kesalahan kecil dan cenderung mengabaikan pencapaian positif.

Bahkan, mereka bisa menghabiskan waktu untuk menganalisis apa yang salah daripada menikmati hasil kerja yang telah dicapai.

Tak hanya itu, perfeksionis juga bisa sangat kritis terhadap orang lain. Standar tinggi yang mereka tetapkan untuk diri sendiri kerap diterapkan pada orang sekitar. Hal ini bisa memicu konflik dalam hubungan pribadi atau profesional karena dianggap kurang toleran.

6. Termotivasi oleh Rasa Takut, Bukan Semangat

Motivasi seorang perfeksionis bukanlah semata-mata dorongan untuk berhasil, melainkan rasa takut akan kegagalan. Mereka merasa harus menghindari segala bentuk kesalahan karena takut akan kritik, penolakan, atau kekecewaan dari orang lain.

Ketakutan ini membuat mereka sering terjebak dalam overthinking dan ragu-ragu untuk mengambil langkah, karena khawatir hasilnya tidak sesuai harapan. Akibatnya, mereka bisa mengalami kecemasan berlebihan bahkan sebelum memulai suatu pekerjaan.

7. Menetapkan Standar yang Terlalu Tinggi dan Tidak Realistis

Ciri khas lain dari perfeksionis adalah kecenderungan untuk menetapkan standar yang sangat tinggi, bahkan tidak masuk akal. Mereka berharap untuk selalu menjadi yang terbaik di setiap bidang, tanpa mempertimbangkan batas kemampuan.

Karena ekspektasi tersebut, perfeksionis sering kali merasa tidak pernah cukup baik, bahkan ketika sudah berhasil. Hal ini bisa menyebabkan kelelahan emosional, rasa tidak puas berkepanjangan, dan hilangnya motivasi karena merasa pencapaian apa pun tidak pernah cukup.

Tips Menyeimbangkan Ekspektasi Tinggi dan Realitas

Berikut beberapa tips sederhana agar kamu bisa mengelola ekspektasi dengan lebih sehat:

1. Kenali Kemampuan Diri

Kadang kita terlalu percaya diri dan lupa batas kemampuan. Boleh optimis, tapi tetap realistis. Lihat kemajuan dari versi dirimu di masa lalu, bukan dari orang lain.

2. Harapkan yang Terbaik, Siapkan Diri untuk yang Terburuk

Optimis itu bagus, tapi jangan lupa ada kemungkinan hasilnya nggak sesuai harapan. Kalau sudah siap dari awal, kekecewaan pun lebih mudah diterima.

3. Berhenti Membandingkan Diri dengan Orang Lain

Pencapaian orang lain bukan tolok ukur kesuksesanmu. Fokus saja pada progresmu sendiri. Yang penting, kamu terus berkembang dari sebelumnya.

4. Sadari Apa yang Kamu Harapkan

Saat kecewa, coba pikirkan: “Apa sih yang sebenarnya aku harapkan?” Tulis dan renungkan apakah harapan itu masuk akal. Kalau ekspektasi terlalu tinggi, wajar kalau kamu merasa kecewa.

5. Fokus pada Hal yang Bisa Dikendalikan

Jangan gantungkan harapan pada hal yang di luar kendali, seperti sikap orang lain. Fokus saja pada apa yang bisa kamu lakukan. Ini bikin kamu lebih siap menerima hasil apa pun.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |