Tanda-tanda Seseorang Punya Kepribadian Ganda, Lebih dari Sekadar 'Alter Ego' Biasa

1 month ago 28

Liputan6.com, Jakarta Gangguan Identitas Disosiatif (DID), yang sebelumnya dikenal luas sebagai kepribadian ganda atau multiple personality disorder, merupakan kondisi kesehatan mental yang kompleks dan seringkali disalahpahami. Kondisi ini ditandai dengan adanya dua atau lebih identitas atau kepribadian yang berbeda secara signifikan dalam diri seseorang, masing-masing dengan pola pikir, perilaku, dan cara berinteraksi yang unik.

Fenomena ini bukan sekadar 'alter ego' biasa yang sering digambarkan dalam fiksi, melainkan sebuah mekanisme pertahanan psikologis yang mendalam. Umumnya, DID muncul sebagai respons terhadap trauma berat yang dialami pada masa kanak-kanak, seperti kekerasan fisik, emosional, atau seksual yang berulang, di mana otak pengidap secara tidak sadar berusaha memisahkan memori buruk tersebut sebagai mekanisme koping untuk bertahan hidup.

Meskipun tergolong langka dengan prevalensi sekitar 1,1–1,5% dari populasi umum, mengenali tanda-tanda seseorang punya kepribadian ganda sangat penting. Pemahaman yang tepat mengenai gejala dan penanganan DID dapat membantu individu yang terdampak serta orang-orang di sekitarnya untuk mencari bantuan profesional yang tepat dan memberikan dukungan yang diperlukan.

Lantas bagaimana tanda-tanda seseorang punya kepribadian ganda? Melansir dari berbagai sumber, Selasa (22/7), simak ulasan informasinya berikut ini. 

Penjelasan Mengenai Gangguan Identitas Disosiatif (DID)

Gangguan Identitas Disosiatif (Dissociative Identity Disorder/DID) menurut WHO (World Health Organization) dijelaskan dalam International Classification of Diseases edisi ke-11 (ICD-11) sebagai bagian dari gangguan disosiatifGangguan Identitas Disosiatif (Dissociative Identity Disorder - DID) adalah gangguan mental yang ditandai dengan, keberadaan dua atau lebih identitas atau keadaan kepribadian yang berbeda, yang mengambil alih perilaku individu secara berulang. Selain itu juga disertai dengan gangguan berkelanjutan dalam rasa identitas pribadi, kesadaran, ingatan, dan pengendalian terhadap tindakan.

Gangguan Identitas Disosiatif (DID) adalah kondisi kesehatan mental yang kompleks, ketika seseorang memiliki dua atau lebih kepribadian yang berbeda antara satu dengan lainnya. Menurut Halodoc, "Kepribadian ganda atau gangguan identitas disosiatif adalah suatu kondisi kesehatan mental, ketika seseorang memiliki dua atau lebih kepribadian yang berbeda antara satu dengan lainnya. Pengidap gangguan ini mengalami kepribadian yang berubah-ubah tanpa ia sadari." Senada dengan itu, Hello Sehat juga mendefinisikan, "Dissociative identity disorder (DID) adalah kondisi yang membuat pengidapnya membentuk dua atau lebih kepribadian di dalam dirinya."

Dalam kondisi ini, pengidap memiliki identitas inti dan identitas alternatif atau "alter ego" yang mengambil alih kendali perilaku pada waktu yang berbeda. Setiap identitas memiliki karakteristiknya sendiri, termasuk nama, usia, jenis kelamin, dan bahkan ingatan yang berbeda. Perubahan antara identitas ini dapat terjadi secara tiba-tiba dan seringkali tidak disadari oleh individu yang mengalaminya.

Penyebab utama DID umumnya berkaitan erat dengan trauma berat yang terjadi berulang kali pada masa kanak-kanak, seperti pelecehan atau kekerasan ekstrem. Otak mengembangkan identitas-identitas terpisah ini sebagai cara untuk melindungi diri dari ingatan dan emosi yang menyakitkan. Meskipun langka, dengan prevalensi sekitar 1,1–1,5%, wanita dinilai lebih berisiko mengalaminya dibandingkan pria.

Perlu diketahui bahwa gangguan ini sebelumnya dikenal sebagai multiple personality disorder (MPD) atau kepribadian ganda. Namun, nama tersebut diubah menjadi Dissociative Identity Disorder (DID) untuk lebih akurat menggambarkan perpecahan identitas dan kesadaran, bukan sekadar penambahan kepribadian. Perubahan nama ini juga bertujuan untuk mengurangi stigma dan kesalahpahaman yang sering melekat pada istilah "kepribadian ganda".

Tanda-tanda Umum Seseorang Punya Kepribadian Ganda

Mengenali tanda-tanda seseorang punya kepribadian ganda seringkali menjadi tantangan, bahkan bagi penderitanya sendiri. Gejala-gejala ini umumnya lebih mudah diamati oleh orang-orang terdekat yang berinteraksi langsung dengan individu tersebut. Salah satu tanda paling mencolok adalah adanya dua atau lebih kepribadian yang berbeda, yang dapat mengambil alih kendali perilaku secara bergantian.

Selain itu, amnesia atau kehilangan ingatan adalah gejala kunci pada DID. Penderita seringkali tidak ingat peristiwa tertentu di masa lalu, termasuk kejadian traumatis, atau bahkan kejadian baru yang terjadi saat alter ego mengambil alih. Hal ini berbeda dengan lupa biasa, karena melibatkan celah memori yang signifikan dan tidak dapat dijelaskan. Perubahan perilaku yang drastis juga sering terjadi saat alter ego mengambil alih, di mana pengidap dapat menunjukkan tindakan atau respons yang tidak biasa bagi mereka sehari-hari. 

Berikut adalah tanda-tanda umum seseorang mengalami kepribadian ganda (dalam istilah medis disebut Gangguan Identitas Disosiatif / Dissociative Identity Disorder – DID), berdasarkan literatur medis termasuk pedoman ICD-11 (WHO) dan DSM-5 (APA)

  1. Adanya Dua atau Lebih Identitas yang Berbeda. Seseorang menunjukkan kepribadian yang berbeda-beda, dengan nama, cara bicara, jenis kelamin, usia, gaya berpakaian, hingga selera yang berubah. Identitas tersebut bisa tampak secara bergantian dan mengambil alih kesadaran.
  2. Perubahan Mendadak dalam Perilaku atau Suasana Hati. Perubahan ekstrem dalam emosi, perilaku, atau cara berbicara, yang tidak bisa dijelaskan oleh kondisi biasa. Orang lain mungkin merasa seperti sedang berbicara dengan “orang berbeda”.
  3. Amnesia Disosiatif (Kehilangan Ingatan). Tidak mengingat kejadian penting, tindakan, atau percakapan yang baru saja terjadi. Sering kali orang dengan DID dituduh “berbohong” atau “melupakan hal penting” padahal sebenarnya tidak sadar telah melakukannya.
  4. Perasaan Terlepas dari Diri Sendiri (Depersonalisasi). Merasa seperti menonton diri sendiri dari luar tubuh. Merasa seperti hidup dalam mimpi atau tidak nyata.
  5. Perasaan Terputus dari Lingkungan (Derealitas). Merasa dunia di sekelilingnya aneh, kabur, atau tidak nyata.
  6. Gangguan Fungsi Kehidupan Sehari-hari. Kesulitan mempertahankan pekerjaan, hubungan sosial, atau rutinitas harian karena konflik antar identitas. Bisa disertai depresi, kecemasan, atau pikiran untuk menyakiti diri.
  7. Suara dalam Kepala yang Berbeda-beda. Mendengar suara dalam pikiran yang terdengar seperti berdialog antar identitas, bukan halusinasi seperti pada skizofrenia. Kadang satu identitas bisa berdebat atau bertentangan dengan identitas lainnya.

Kriteria Diagnostik Medis untuk Gangguan Identitas Disosiatif (DSM-5)

Diagnosis Dissociative Identity Disorder (DID) merupakan proses yang kompleks dan hanya dapat ditegakkan oleh psikiater atau profesional kesehatan mental yang terlatih. Diagnosis ini didasarkan pada kriteria yang ditetapkan dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), panduan diagnostik standar yang digunakan oleh para profesional kesehatan mental. Penting untuk dicatat bahwa tidak ada tes laboratorium khusus yang dapat mendiagnosis DID, sehingga diagnosis bergantung pada evaluasi klinis yang cermat.

Berdasarkan American Psychiatric Association (2022), kriteria diagnostik DSM-5-TR untuk DID meliputi:

"The DSM-5-TR gives the following criteria for a diagnosis of dissociative identity disorder: A. Disruption of identity characterized by two or more distinct personality states, which may be described in some cultures as an experience of possession. The disruption in identity involves marked discontinuity in sense of self and sense of agency, accompanied by related alterations in affect, behavior, consciousness, memory, perception, cognition, and/or sensory-motor functioning. These signs and symptoms may be observed by others or reported by the individual. B. Recurrent gaps in the recall of everyday events, important personal information, and/or traumatic events that are inconsistent with ordinary forgetting. C. The symptoms cause clinically significant distress or impairment in social, occupational, or other important areas of functioning. D. The disturbance is not a normal part of a broadly accepted cultural or religious practice. Note: In children, the symptoms are not better explained by imaginary playmates or other fantasy play. E. The symptoms are not attributable to the physiological effects of a substance (e.g., blackouts or chaotic behavior during alcohol intoxication) or other medical condition (e.g., complex partial seizures) (American Psychiatric Association, 2022)."

Secara ringkas, kriteria tersebut mencakup adanya dua atau lebih identitas yang berbeda (A), amnesia berulang yang tidak biasa (B), gejala yang menyebabkan penderitaan signifikan atau gangguan fungsi (C), gangguan yang bukan bagian dari praktik budaya atau keagamaan normal (D), dan gejala yang tidak disebabkan oleh efek zat atau kondisi medis lain (E). Proses diagnosis melibatkan wawancara medis lengkap, pemeriksaan fisik untuk menyingkirkan penyebab lain, serta observasi perilaku pasien dari waktu ke waktu.

Cara Mengatasi Gangguan Identitas Disosiatif pada Diri Sendiri

WHO (World Health Organization) memang tidak memberikan panduan self-help secara langsung untuk mengatasi Gangguan Identitas Disosiatif (DID), tetapi dalam ICD-11 dan sumber-sumber yang sejalan dengan standar WHO, mereka menekankan bahwa penanganan DID harus dilakukan secara klinis melalui perawatan kesehatan mental yang profesional. Namun, WHO dan badan-badan kesehatan mental internasional lainnya mendukung pendekatan holistik yang mencakup terapi profesional ditambah dukungan pribadi dan lingkungan yang sehat. 

Mengatasi Gangguan Identitas Disosiatif (DID) memerlukan penanganan profesional jangka panjang yang melibatkan psikoterapi dan, jika diperlukan, pengobatan untuk gejala penyerta seperti depresi atau kecemasan. Meskipun menghadapi kondisi seperti tanda-tanda seseorang punya kepribadian ganda bisa sangat menantang, ada beberapa strategi mandiri yang dapat dilakukan individu untuk mendukung proses pengobatan dan meningkatkan kualitas hidup.

Salah satu langkah penting adalah belajar mengelola stres secara efektif. Teknik seperti meditasi, yoga, atau melakukan hobi yang disukai dapat membantu mengalihkan pikiran dan mengurangi ketegangan. Selain itu, membuka diri untuk menceritakan peristiwa traumatis kepada terapis atau orang terdekat yang dipercaya merupakan bagian krusial dalam proses penyembuhan, meskipun ini bisa menjadi langkah yang sangat sulit.

Pola hidup sehat juga berperan besar dalam mendukung kesehatan mental secara keseluruhan. Tidur yang cukup, menjaga pola makan seimbang, dan rutin berolahraga dapat membantu menstabilkan suasana hati dan meningkatkan energi. Penting juga untuk menghindari penyalahgunaan zat seperti alkohol atau obat-obatan terlarang, karena dapat memperburuk gejala DID dan menghambat proses penyembuhan. Mencari dukungan sosial dari keluarga, teman, atau kelompok dukungan juga sangat membantu, serta terus mengedukasi diri tentang kesehatan mental untuk memahami kondisi yang dialami.

Pencegahan Gangguan Identitas Disosiatif

Pencegahan Gangguan Identitas Disosiatif (Dissociative Identity Disorder/DID) dalam dunia medis tidak selalu bisa dilakukan secara langsung, karena kondisi ini umumnya muncul sebagai respon terhadap trauma berat, terutama di masa kanak-kanak. Namun, pendekatan preventif tetap dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya gangguan ini, terutama melalui perlindungan anak dan dukungan psikologis dini. 

Pencegahan utama Gangguan Identitas Disosiatif (DID) berfokus pada penghindaran dan penanganan dini terhadap faktor pencetusnya, terutama trauma berat yang dialami pada masa kanak-kanak. Bagi orang tua, sangat penting untuk tidak melakukan kekerasan mental atau fisik terhadap anak-anak, karena pengalaman traumatis di usia dini merupakan pemicu utama perkembangan DID. Menciptakan lingkungan yang aman, mendukung, dan stabil dalam keluarga adalah fondasi penting untuk kesehatan mental anak.

Jika seorang anak mengalami kejadian traumatis, seperti pelecehan atau kekerasan, segera periksakan ke dokter atau ahli kesehatan mental. Intervensi dini dapat membantu anak menyikapi ingatan traumatis tersebut dengan cara yang positif, mencegah pembentukan mekanisme disosiatif yang ekstrem. Edukasi kesehatan mental juga berperan penting; memahami gejala-gejala gangguan mental dapat membantu dalam pencegahan dan penanganan dini, baik untuk diri sendiri maupun orang di sekitar.

Bagi individu yang pernah mengalami perlakuan traumatis di masa lalu, seperti pelecehan, kekerasan, atau bencana alam, disarankan untuk mengikuti konseling atau terapi. Terapi dapat membantu memproses trauma dan mengembangkan strategi koping yang sehat. Melatih keterampilan pengelolaan stres melalui meditasi, yoga, atau olahraga, serta membangun jaringan dukungan sosial yang kuat dari keluarga dan teman, juga dapat menjadi faktor pelindung. Penting juga untuk menghindari penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan terlarang, karena zat-zat ini dapat memperburuk kondisi mental dan menghambat kemampuan individu untuk mengatasi tekanan hidup.

People Also Ask

1. Apa itu gangguan kepribadian ganda?

Jawaban: Gangguan kepribadian ganda, secara medis disebut Dissociative Identity Disorder (DID), adalah kondisi psikologis di mana seseorang memiliki dua atau lebih identitas atau kepribadian yang berbeda, yang secara bergantian mengontrol perilaku. 

2. Apa perbedaan antara kepribadian ganda dan alter ego biasa?

Jawaban: Alter ego biasa adalah sisi lain dari kepribadian seseorang yang masih dalam kendali penuh dan disadari. Sementara itu, pada gangguan kepribadian ganda, identitas-identitas yang muncul bisa sangat berbeda, tidak disadari, dan sering disertai amnesia atau kehilangan kendali atas tubuh dan pikiran.

3. Apa saja tanda umum seseorang memiliki gangguan kepribadian ganda?

Jawaban: Munculnya dua atau lebih kepribadian yang berbeda.Perubahan perilaku, suara, atau gaya bicara yang ekstrem.

4. Apakah gangguan kepribadian ganda bisa disembuhkan?

Jawaban: Gangguan ini tidak memiliki penyembuhan instan, tetapi bisa dikelola dan dipulihkan secara signifikan melalui terapi psikologis jangka panjang.

5. Apa penyebab utama gangguan kepribadian ganda?

Jawaban: Penyebab utamanya adalah trauma berat yang berulang di masa anak-anak, seperti pelecehan fisik, emosional, atau seksual, serta pengabaian kronis. 

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |