Liputan6.com, Jakarta Raksasa Telekomunikasi Jerman, Deutsche Telekom telah bermitra dengan Bankhaus Metzler, sebuah perusahaan perbankan tradisional, untuk memperkenalkan proyek penambangan Bitcoin baru menggunakan kelebihan energi terbarukan di Jerman.
Proyek perintis ini merupakan langkah besar menuju masa depan penambangan mata uang kripto yang berkelanjutan. Inisiatif dari perusahaan induk T-Mobile ini mengikuti keberhasilan implementasi operasi penambangan regulasi energi serupa yang telah dilakukan di Amerika Serikat dan Finlandia.
Proyek perintis di Jerman ini akan memvalidasi efektivitas penggunaan penambangan Bitcoin sebagai alat regulasi daya dinamis dalam ekonomi terbesar di Eropa.
Oliver Nyderle, kepala Digital Trust & Web3 Infrastructure di Deutsche Telekom MMS, merujuk proyek tersebut dengan konsep menarik yang ia sebut fotosintesis moneter digital.
Ia menggarisbawahi bagaimana sistem tersebut mengubah kelebihan energi menjadi nilai digital yang menangani tantangan yang semakin besar dalam mengelola sumber energi terbarukan yang berfluktuasi dalam jaringan listrik.
"Dengan semakin banyaknya sumber energi terbarukan dan fluktuasi yang diakibatkannya dalam energi yang tersedia, kebutuhan akan daya regulasi yang tersedia dengan cepat pun meningkat. Untuk itu, kita memerlukan mekanisme yang dapat merespons perubahan dengan cepat dan menyerap fluktuasi," kata Nyderle dikutip dari Coinmarketcap, Minggu (10/11/2024).
Penambang Bitcoin dapat memainkan peran penting dalam menyeimbangkan jaringan energi di masa mendatang karena beban yang fleksibel.
Kemitraan teknis ini diperluas oleh RIVA Engineering GmbH, yang menjadikannya kemitraan menyeluruh antara sektor telekomunikasi, perbankan, dan teknik.
Hendrik König, yang bertanggung jawab atas Kantor Aset Digital di Bankhaus Metzler, menuturkan makna proyek tersebut dalam konteks yang lebih luas yaitu teknologi blockchain semakin penting dalam bisnis operasional di luar industri keuangan.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Harga Bitcoin Capai Rekor Baru, Bisa Tembus USD 100 Ribu?
Harga Bitcoin mencatatkan rekor tertinggi baru pada hari Rabu, seiring dengan meningkatnya harapan bahwa kemenangan mantan Presiden Donald Trump dalam pemilihan presiden AS akan menjadi keuntungan bagi cryptocurrency.
Dikutip melalui abc news, Jum’at (8/11/2024) Bitcoin melonjak hampir 8% mencapai USD 75.345,00 di perdagangan awal, sebelum akhirnya turun kembali ke sekitar USD 73.500,00.
Trump sebelumnya dikenal skeptis terhadap crypto, namun ia mengubah pandangannya dan mulai mendukung cryptocurrency menjelang pemilu. Ia berjanji untuk menjadikan Amerika "ibukota crypto dunia" dan menciptakan "cadangan strategis" bitcoin.
Kampanyenya juga menerima donasi dalam bentuk cryptocurrency, dan ia menjalin kedekatan dengan para penggemar crypto di sebuah konferensi bitcoin pada bulan Juli. Trump bahkan meluncurkan World Liberty Financial, sebuah usaha baru bersama anggota keluarganya untuk perdagangan cryptocurrency.
“Bitcoin adalah satu-satunya aset yang pasti akan meroket jika Trump kembali ke Gedung Putih,” kata Direktur Investasi di AJ Bell, Russ Mould.
Setelah mencapai rekor tertingginya, pasar kini berspekulasi tentang "kapan, bukan jika, harga bitcoin akan menembus USD 100.000," ujarnya.
“Trump sudah menyatakan kecintaannya terhadap mata uang digital ini, dan para trader crypto kini memiliki narasi baru yang membuat mereka semakin bersemangat tentang potensi harga yang bisa tercapai,” tambah Mould.
Menang Pilpres AS, Donald Trump Diminta Segera Bentuk Cadangan Bitcoin
Presiden Terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump diminta segera membentuk cadangan Bitcoin. Ini dinilai jadi salah satu janjinya ketika berkampanye.
Salah satu pembantu kampanye Donald Trump, David Bailey baru-baru ini mengungkapkan kekhawatirannya tentang pentingnya segera mengorganisasi apa yang disebut sebagai ‘cadangan strategis’ Bitcoin. Dia khawatir negara-negara lain mungkin mengadopsi ide tersebut dan mendahului AS.
Diketahui, negara seperti El Salvador dan Bhutan telah terlebih dahulu membangun strategi simpanan Bitcoin. Langkah itu akan mengubah persepsi banyak orang terhadap Bitcoin, dengan negara superpower seperti AS jika menentukannya sebagai aset cadangan.
"Amerika berada dalam risiko besar untuk tertinggal dalam agenda Bitcoin-nya. Kita harus segera membentuk Cadangan Bitcoin Strategis secepat mungkin," kata David Bailey dikutip dari Bitcoin.com, Jumat (8/11/2024).
Lebih lanjut, Bailey menilai Presiden Terpilih Trump memiliki kekuatan untuk melakukannya berkat hasil positif yang diperoleh Partai Republik dalam pemilu baru-baru ini, di mana mereka berhasil meraih mayoritas di Senat.
"Presiden Trump memiliki DPR dan Senat. Dia memiliki mandat. Lingkungan politiknya ada untuk kita dapat menyelesaikan ini dalam 100 hari pertama,” tegasnya.
Meskipun Trump belum secara terbuka membahas tentang cadangan Bitcoin, ide ini sudah lama beredar di kalangan cryptocurrency dan lingkaran pemerintahan. Trump sebelumnya telah menentang penjualan Bitcoin oleh pemerintah AS.
Harga Bitcoin Berpotensi Capai Rp 47,5 Miliar pada 2050, Ini Syaratnya
Sebelumnya, manajer aset global VanEck baru-baru ini menyampaikan perkiraan yang ambisius untuk Bitcoin. VanEck memprediksi Bitcoin dapat mencapai valuasi USD 3 juta atau setara Rp 47,5 miliar (asumsi kurs Rp 15,841 per dolar AS) pada 2050.
Ini bisa dicapai berdasarkan potensi Bitcoin untuk diterima sebagai aset cadangan di antara bank-bank sentral dunia, ini bisa menjadi momen yang mengubah aturan untuk mata uang kripto dan fungsi yang akan dimainkan BTC dalam ekonomi dunia.
Dipimpin oleh Matthew Sigel, Kepala Riset Aset Digital VanEck, analisis tersebut menggarisbawahi potensi Bitcoin untuk naik setelah faktor ekonomi dan geopolitik yang dapat mempercepat adopsinya.
Sigel menjelaskan, jika Bitcoin hanya memperoleh 2 persen dari cadangan bank sentral dunia pada tahun 2050, BTC dapat dinilai setinggi US 3 juta per koin. Tersirat dalam estimasi yang agak agresif terhadap valuasi pertengahan abad ini adalah tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 16 persen per tahun selama beberapa dekade.
Sigel kemudian menguraikan perkiraan tersebut dalam sebuah wawancara dengan sumber berita, menjelaskan mengapa kemampuan Bitcoin untuk berubah seiring dengan perkembangan ekonomi menjadikannya kandidat yang lebih kuat secara keseluruhan untuk gelar aset cadangan global.
"Bitcoin bertindak seperti bunglon, mengacu pada bagaimana korelasinya dengan aset lain telah, dan terus berubah, seiring dengan tren keuangan global dan permintaan pengguna,” kata Sigel, dikutip dari Yahoo Finance, Jumat (8/11/2024).
Bagi Sigel, kemampuan beradaptasi ini menjadikan Bitcoin kandidat yang semakin menarik untuk status cadangan dunia jika pasar global mencari variasi yang lebih besar daripada yang saat ini ditawarkan oleh mata uang fiat.