Liputan6.com, Jakarta - Data dari Coingecko menunjukkan kapitalisasi pasar kripto telah mencapai USD 3,2 triliun atau setara Rp 50.863 triliun (asumsi kurs Rp 15.894 per dolar AS) pada Kamis, 14 November 2024.
Dilansir dari Yahoo Finance, Jumat (15/11/2024), ini didorong karena terpilihnya Donald Trump sebagai presiden AS yang memicu spekulasi regulasi AS yang lebih bersahabat dapat mengantarkan ledakan baru untuk semua sudut kelas aset.
Di sisi lain, Indeks Dominasi Bitcoin, yang mengukur pangsa bitcoin di pasar kripto secara keseluruhan, mencapai 61,39 persen, level yang tidak terlihat sejak Maret 2021.
Dominasi Bitcoin yang meningkat di pasar mungkin disebabkan oleh fokus lembaga pada aset kripto, rencana Trump untuk persediaan bitcoin yang strategis, dan perkembangan teknis.
Bitcoin juga sempat mencatat rekor tertinggi barunya yaitu di atas USD 93.000 atau setara Rp 1,47 miliar. Bitcoin telah menunjukkan kinerja signifikan sepanjang beberapa pekan terakhir.
Selain itu aset kripto alternatif atau sering disebut Altcoin juga cenderung bergerak ke arah yang sama dengan bitcoin, altcoin belum mampu mengimbangi mata uang kripto terbesar dan terpopuler di dunia sejauh ini dalam kenaikan ini.
Dogecoin salah satunya, yang merupakan mata uang kripto alternatif yang menonjol yang menentang tren saat ini, naik 145 persen terhadap bitcoin selama sebulan terakhir.
Kinerja yang lebih baik ini diperkirakan karena hubungan dekat Elon Musk dengan kampanye Trump yang menang, karena Musk telah menjadi pendukung utama mata uang kripto yang berfokus pada meme tersebut di masa lalu.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Pasokan Stablecoin Meningkat Berkat Momentum Pilpres AS 2024
Uang mengalir deras ke pasar kripto sejak pemilihan umum Amerika Serikat (AS), salah satunya pada pasokan kripto Stablecoin.
Melansir Coindesk, Kamis (14/11/2024) data dari TradingView menunjukkan, dua stablecoin teratas, USDT (USDT) milik Tether dan USDC (USDC) milik Circle, bersama-sama tumbuh lebih dari USD 5 miliar (Rp.78,7 triliun) selama sepekan sejak 5 November 2024.
Token USDT yang beredar meningkat sebesar USD 3,8 miliar (Rp.59,8 triliun) selama sepekan terakhir ke rekor baru senilai USD 124 miliar (Rp 1,9 kuadriliun), menurut TradingView. Sementara itu, pasokan USDC tumbuh USD 1,6 miliar menjadi hampir USD 37 miliar (Rp 582,7 triliun).
Perluasan pasokan stablecoin merupakan hal yang menguntungkan bagi aset digital, yang menunjukkan arus masuk modal ke ekosistem kripto.Stablecoin memiliki harga yang terikat pada aset eksternal, terutama pada dolar AS.
Stablecoin juga merupakan sumber likuiditas yang populer untuk perdagangan kripto, yang berfungsi sebagai "bubuk kering" untuk membeli aset di bursa.
"Ada banyak minat yang terpinggirkan dari ritel dan institusi menjelang pemilihan," kata David Shuttleworth, mitra di Anagram, dalam sebuah pesan di platform Telegram.
"Begitu hasilnya keluar, likuiditas dan tekanan sisi beli mulai menumpuk,” bebernya.
Satu metrik yang menggarisbawahi perilaku ini adalah saldo Stablecoin berbasis Ethereum di bursa. Dilaporkan, jumlah Stablecoin di bursa terus menurun menjelang Pilpres AS. Hal ini karena investor mengambil pendekatan tunggu dan lihat", menurut Shuttleworth.
Lonjakan Stablecoin
Kemudian, setelah Pilpres AS, saldo Stablecoin melonjak ke level tertinggi tahunan sebesar USD 41 miliar (Rp.645,7 triliun) dari sekitar USD 36 miliar pada awal November, menurut data on-chain Nansen, karena investor menyetorkan Stablecoin untuk memenuhi permintaan yang terpendam.
Pasokan USDC di jaringan Solana (SOL) tumbuh 14% selama sepekan terakhir menjadi hampir USD 2,9 miliar (Rp.45,6 triliun), menurut data DefiLlama.
Adapun pasokan USDT di blockchain TON (TON) yang juga mencapai rekor baru sebesar USD 1,1 miliar (Rp.17,3 triliun), naik 10% selama periode yang sama saat pengguna terus bereksperimen dengan ekosistem yang sedang berkembang yang berpusat di sekitar aplikasi perpesanan Telegram.