Liputan6.com, Jakarta - Aset kripto terbesar di dunia, Bitcoin sempat melonjak di atas USD 93.000 atau setara Rp 1,47 miliar (asumsi kurs Rp 15.808 per dolar AS) untuk waktu yang singkat karena ekspektasi penurunan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve menambah dorongan dari sikap pro-kripto Presiden terpilih Donald Trump.
Bitcoin mencapai USD 93.462 pada Kamis, 14 November 2024 pagi, sebelum akhirnya kembali melemah dan diperdagangkan di bawah USD 89.000.
Kepala penelitian di Pepperstone Group, Chris Weston dalam sebuah catatan menjelaskan masih ada potensi berbalik arah untuk Bitcoin, tetapi tren Bitcoin saat ini masih tinggi.
Tetap saja, tren Bitcoin lebih tinggi untuk saat ini dan saya berharap pembeli akan kembali masuk setelah likuidasi posisi terkonsentrasi telah berakhir dan kita beralih ke posisi yang lebih bersih,” kata Weston, dikutip dari Yahoo Finance, Kamis (14/11/2024).
Data inflasi AS pada Rabu memenuhi proyeksi analis, yang mendorong para pedagang untuk meningkatkan taruhan pada pemotongan suku bunga seperempat poin lagi oleh the Federal Reserve (the Fed) pada Desember.
Pada saat yang sama, platform pemotongan pajak dan tarif perdagangan proteksionis Trump yang lebih luas memperumit gambaran dengan mengancam akan memicu tekanan harga di masa mendatang.
Presiden terpilih AS, Donald Trump telah berjanji untuk menciptakan kerangka regulasi yang bersahabat bagi kripto, menyiapkan cadangan Bitcoin yang strategis, dan menjadikan AS sebagai pusat global bagi industri tersebut.
Trump, yang sebelumnya skeptis terhadap kripto, mengubah taktiknya setelah perusahaan aset digital menghabiskan banyak uang selama kampanye pemilihan untuk mempromosikan kepentingan mereka.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Kebijakan Ekonomi Trump Bisa Dorong Harga Bitcoin Tembus USD 1 Juta
Sebelumnya, salah satu pendiri dan mantan CEO bursa kripto Bitmex, Arthur Hayes memprediksi harga Bitcoin dapat melonjak hingga USD 1 juta atau sekitar Rp.15,7 miliar, didorong oleh kebijakan ekonomi intervensionis Presiden Terpilih AS Donald Trump.
Dalam sebuah postingan blog, Hayes menyebut ada kemungkinan pemerintahan baru AS di bawah Trump akan menyuntikkan dana triliunan dalam bentuk kredit, untuk meningkatkan industri kripto dalam negeri.
Menurut dia, penciptaan kredit ini, yang dimaksudkan untuk mendukung manufaktur dan perluasan industri di AS, akan memiliki efek inflasi, mendepresiasi dolar dan mendorong investor untuk mencari aset alternatif seperti Bitcoin.
Hayes meramalkan kondisi ini menciptakan lingkungan di mana pasokan Bitcoin yang terbatas dapat mendorong nilainya ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Jelas, hierarki portofolio saya dimulai dengan Bitcoin, kripto lainnya, dan ekuitas perusahaan terkait kripto, kemudian emas yang disimpan di brankas, dan terakhir, saham,” tulis Hayes, dikutip dari News.bitcoin.com, Rabu (13/11/2024).
“Saya akan menyimpan sedikit uang fiat dalam dana pasar uang untuk membayar tagihan Amex saya,” bebernya.
Ia menekankan bahwa kebijakan ekonomi Trump akan semakin meningkatkan permintaan untuk aset keras, dengan Bitcoin memimpin sebagai lindung nilai inflasi yang paling diminari.
“Beginilah cara harga Bitcoin mencapai USD 1 juta,” ungkap dia.
“Seiring berkurangnya pasokan Bitcoin yang diperdagangkan secara bebas, mata uang fiat terbanyak dalam sejarah akan mencari tempat berlindung yang aman tidak hanya dari Amerika tetapi juga dari Tiongkok, Jepang, dan Eropa Barat,” imbuh Hayes.
Harga Kripto Diramal Terus Menanjak hingga Awal 2025
Sebelumnya, investor memperkirakan kenaikan harga kripto akan terus berlanjut hingga 2025 mendatang, dan mencapai puncaknya pada paruh kedua tahun ini.
Proyeksi itu diungkapkan oleh MV Global, sebuah firma investasi Web3, dalam survei terhadap 77 investor kripto besar, termasuk perusahaan ventura, dana lindung nilai, dan individu dengan kekayaan bersih tinggi.
Melansir Cointelgraph, Rabu (13/11/2024) survei MV Global mengungkapkan bahwa hampir setengah dari investor mengantisipasi puncak pasar pada paruh kedua tahun 2025
“Ini tampaknya menjadi pendapat yang sangat populer dan, oleh karena itu, sangat mungkin diperhitungkan dalam pasar,” kata Tom Dunleavy, mitra pengelola di MV Global.
Harga Bitcoin (BTC) diperkirakan akan mencapai puncaknya antara USD 100.000 dan USD 150.000 per koin, kata MV Global.
Investor juga sangat optimis terhadap Solana, dengan 30% memprediksi puncak harga kripto tersebut mencapai lebih dari USD 600 sebelum akhir siklus.
“Solana adalah konsensus yang panjang di antara hampir setiap alokasi yang kami ajak bicara,” ungkap Dunleavy.
Sentimen Ethereum
Sementara itu, sentimen terhadap Ethereum cukup beragam.
Sepertiga responden memperkirakan kenaikan Ether yang moderat, dengan ETH mencapai antara USD 3.000 dan USD 5.000. Sepertiga lainnya memperkirakan ETH akan mencapai USD 7.000 sebelum akhir siklus pasar, menurut survei MV Global.
"Bersikap optimis terhadap ETH sekarang menjadi taruhan yang sangat kontroversial," ucap Dunleavy.