Liputan6.com, Jakarta - Iklim investasi di berbagai instrumen terus bergerak volatil menjelang pemilihan presiden Amerika Serikat, termasuk aset kripto. Meningkatnya ketidakpastian terkait hasil pemilu dalam satu pekan terakhir disinyalir menjadi penyebab.
Harga Bitcoin sempat menyentuh USD 72.000 atau setara Rp 1,13 miliar (asumsi kurs Rp 15.798 per dolar AS), sebelum akhirnya merosot ke level USD 67.700 atau setara Rp 1,06 miliar pada perdagangan, Selasa, 5 November 2024.
Crypto Analist Reku Fahmi Almuttaqin mengatakan dinamika tersebut membuat investor kembali mengambil langkah untuk menyesuaikan portofolio investasinya guna meminimalisir risiko akibat pergeseran outlook pemenang pemilu AS yang terjadi saat ini, yang kemudian berdampak pada meningkatnya volatilitas.
“Walau begitu, meningkatnya ketidakpastian pasar ini berpotensi bersifat sementara. Potensi lonjakan harga di pasar kripto yang cukup signifikan setelah pemilu AS dan pertemuan pejabat The Fed pekan ini masih terbuka,” kata Fahmi dalam keterangan resmi, Selasa (5/11/2024).
Fahmi menambahkan, Ini dilandasi oleh beberapa hal diantaranya adalah kondisi inflasi AS yang berada pada jalur penurunan yang sesuai dengan ekspektasi ekonom untuk mencapai target inflasi The Fed di angka 2 persen, sektor tenaga kerja yang masih kuat dengan angka tingkat pengangguran yang stabil di angka 4,1 persen, serta daya beli masyarakat yang masih relatif terjaga.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Katalis untuk Pasar Kripto
Fahmi mengungkapkan Terdapat tiga faktor yang berpotensi menjadi katalis positif di pasar kripto, yaitu penurunan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin, kepastian regulasi kripto, dan keseriusan AS mengembangkan industri kripto.
Fahmi menuturkan kepastian roadmap regulasi terkait pasar dan industri kripto juga dapat mendorong potensi positif di aset digital ini. Industri kripto diperkirakan telah mendonasikan setidaknya USD 119 juta baik kepada Donald Trump maupun Kamala Harris pada pemilu kali ini.
Hal tersebut dapat berkontribusi terhadap meningkatnya kerjasama antara regulator AS dan pelaku industri kripto yang berpotensi menciptakan lingkungan regulasi yang lebih konstruktif.
“Meningkatnya kepastian hukum terhadap aset dan industri kripto di AS akan memiliki implikasi global yang berpotensi menciptakan efek domino terhadap tren investasi kripto bagi masyarakat luas di seluruh dunia,” ujar Fahmi.
Selain itu, meningkatnya keseriusan AS untuk mengembangkan pasar dan industri kripto sebagai instrumen investasi global yang strategis saat ini.
Presiden baru AS perlu mengambil simpati investor yang salah satunya dapat dilakukan dengan lebih memprioritaskan teknologi blockchain dan aset kripto untuk menjaga daya saing AS serta mencegah pangsa pasar yang ada untuk berpindah ke negara-negara lain.
“Meningkatnya keseriusan terhadap adopsi aset kripto dan teknologi blockchain oleh pemerintah AS juga akan memberikan keuntungan strategis bagi iklim keuangan dan investasi AS seperti dengan adanya integrasi instrumen real world asset (RWA) dengan pasar keuangan tradisional AS,” pungkasnya.