Bos Binance Changpeng Zhao Ramal Bitcoin Sentuh Rp 16,4 Miliar

2 days ago 7

Liputan6.com, Jakarta Co-Founder Binance, Changpeng Zhao memperkirakan harga Bitcoin akan mencapai antara USD 500.000 (Rp8,2 miliar) dan USD 1 juta (Rp16,4 miliar) pada siklus pasar ini, didorong oleh adopsi institusional, akumulasi pemerintah yang terus meningkat, dan kebijakan Amerika Serikat yang pro-kripto.

"Ada ETF. Ada pelembagaan Bitcoin ini positif dalam hal pergerakan harga, tentu saja. Kantong kita naik, bukan alt-coin sebanyak itu, tetapi setidaknya Bitcoin naik," kata Zhao saat diwawancarai Rug Radio, dikutip dari Cointelegraph, Rabu (7/5/2025).

Zhao menjelaskan bahwa ETF membawa uang institusional tradisional ke kripto dan sebagian besar uang di AS merupakan uang institusional.

"Bitcoin naik karena sebagian besar ETF berbasis Bitcoin," sebutnya.

Zhao juga menyoroti sejumlah negara yang telah membeli Bitcoin. Menurutnya, fenomena ini sangat bagus untuk pergerakan harga BTC.

"Itu juga validasi yang sangat bagus," ucapnya.

Pernyataan tersebut menyusul banyaknya negara yang mengakumulasi Bitcoin. Pada akhir April, El Salvador, negara pertama di dunia yang mengadopsi Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah. 

Pada April 2025, negara tersebut memperoleh 7 BTC senilai lebih dari USD 650.000.

Data Kantor Bitcoin negara tersebut menunjukkan bahwa El Salvador saat ini memiliki hampir 6.170 BTC senilai hampir USD 580 juta (Rp9,5 triliun). Kerajaan Bhutan juga mengakumulasi Bitcoin.

Mantan CEO Binance itu juga menyoroti pemerintah baru Presiden AS Donald Trump yang mendukung kripto.

"Mereka cukup pintar untuk menyadari bahwa membeli Bitcoin adalah langkah yang bagus, dan sekarang negara-negara lain harus mengikutinya," imbuhnya.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Makin Mahal, Harga Bitcoin Diramal Sentuh Segini di Akhir 2025

Perbankan asal Inggris, Standard Chartered memprediksi harga Bitcoin (BTC) akan mencapai USD200.000 atau Rp3,3 miliar pada akhir tahun 2025. 

Melansir News.bitcoin.com, Rabu (30/4/2025) perkiraan itu diterbitkan oleh kepala penelitian aset digital di Standard Chartered, Geoffrey Kendrick dalam sebuah laporan studi yang diedarkan kepada klien bank tersebut.

"Kami melihat keuntungan terus berlanjut sepanjang musim panas, membawa BTC-USD mendekati prakiraan akhir tahun kami sebesar 200.000," ungkap Kendrick dalam laporan tersebut.

Kendrick mengatakan investor menyimpan uang ke aset non-AS seperti Bitcoin karena kebijakan tarif Presiden Donald Trump yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Laporan tersebut menunjukkan bahwa premi jangka waktu treasury AS berada pada titik tertinggi dalam 12 tahun. Kondisi tersebut dinilai menjadi salah satu alasan bagi investor dalam melihat treasury sebagai investasi yang lebih berisiko dan membuangnya atau menuntut premi yang lebih tinggi.

Laporan tersebut juga memberikan faktor-faktor lain yang diyakini Kendrick dan timnya akan mendongkrak harga mata uang kripto: investor kaya yang memegang 1.000 BTC atau lebih, yang secara umum dijuluki "whales," terus mengakumulasi lebih banyak Bitcoin, dan dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) emas kehilangan daya saingnya terhadap ETF Bitcoin.

Semua faktor ini jika digabungkan, akan mendorong harga Bitcoin melonjak ke titik tertinggi sepanjang masa sekitar USD 120.000 pada kuartal kedua tahun 2025, dan akhirnya mencapai USD 200.000 pada akhir tahun.

"Kami memperkirakan faktor-faktor pendukung ini akan mendorong BTC ke titik tertinggi baru sepanjang masa sekitar USD 120.000 pada Q2," kata laporan tersebut.

Adapun pendiri Obchakevich Research, Alex Obchakevich mengatakan bahwa 70% dari pertumbuhan Bitcoin merupakan modal institusional baru, dengan sisanya redistribusi aset kripto.

Ia menyoroti peran ETF dalam mendorong harga Bitcoin lebih tinggi.

"ETF, khususnya ETF Bitcoin, merupakan pendorong utama tren bullish tetapi dengan koreksi volatilitas kecil," jelasnya.

Harga Bitcoin Bisa Tembus Rp 16,8 Miliar di 2027, Tapi Ada Syaratnya

Sebuah studi terbaru menunjukkan harga Bitcoin berpotensi mencapai USD 1 juta atau setara Rp 16,8 miliar (asumsi kurs Rp16.863 per dolar AS) pada awal 2027, seiring dengan meningkatnya penarikan harian dari pasokan likuid yang melebihi 1.000 BTC.

Melansir dari Yahoo Finance, prediksi ini dibuat berdasarkan model ekonomi fundamental yang mengkaji efek akumulasi institusional dan penurunan pasokan terhadap harga Bitcoin.

Studi berjudul “Kerangka Kerja Pasokan dan Permintaan untuk Perkiraan Harga Bitcoin” ini dipublikasikan dalam Jurnal Manajemen Risiko dan Keuangan, dan mengandalkan pendekatan ekuilibrium antara pasokan dan permintaan yang dibangun dari sistem penerbitan tetap milik Bitcoin.

Tidak seperti komoditas tradisional, Bitcoin tidak bisa diproduksi lebih banyak saat permintaan meningkat, membuatnya sangat rentan terhadap guncangan pasokan.

“Parameterisasi ini menunjukkan bahwa Bitcoin akan mencapai harga USD 1 juta pada awal 2027 untuk semua tingkat penarikan lebih dari 1000 Bitcoin per hari,” demikian pernyataan studi tersebut.

Lonjakan Permintaan Bisa Ciptakan Kelangkaan Ekstrem

Dalam laporan itu dijelaskan bahwa jika penarikan harian dari pasokan beredar tetap di atas 1.000 BTC, harga Bitcoin akan bergerak secara hiperbolik, bahkan meninggalkan kurva adopsi normal pada tahun 2028. Artinya, di titik tersebut, kelangkaan pasokan akan menjadi faktor dominan yang menggerakkan harga.

Dalam skenario yang lebih agresif, proyeksi harga Bitcoin bahkan jauh lebih tinggi. Studi tersebut memperkirakan bahwa apabila laju penarikan terus meningkat tajam, harga Bitcoin berpotensi mencapai USD 2 juta pada tahun 2027, dan bisa terus melonjak hingga USD 5 juta pada tahun 2031.

Meskipun terdengar fantastis, angka-angka ini menggambarkan dampak ekstrem dari dinamika penawaran yang sangat terbatas dipadukan dengan lonjakan permintaan institusional.

Namun demikian, para penulis studi juga mengimbau agar tidak terlalu berlebihan dalam menafsirkan proyeksi harga tertinggi tersebut. Mereka menyarankan untuk melihat prediksi ini sebagai skenario berdasarkan asumsi fundamental yang kuat, bukan kepastian absolut.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |