Liputan6.com, Jakarta - Pasar kripto mengalami tekanan jual besar-besaran dengan harga Bitcoin kembali terkoreksi dan menyeret altcoin antara lain Ethereum, Solana, dan Dogecoin ke dalam tren bearish.
Faktor utama yang menyebabkan penurunan ini adalah rencana tarif otomotif oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, yang diperkirakan berlaku pada 2 April 2025.
Kebijakan ini memicu kekhawatiran akan perang dagang baru, yang dapat meningkatkan ketidakpastian di pasar keuangan dan memicu aksi jual aset berisiko, termasuk kripto. Menurut data dari CoinMarketCap, harga Bitcoin turun di bawah USD 87.000 dan berisiko kehilangan level support USD 86.000. Altcoin utama juga mengalami penurunan, menghapus keuntungan yang diperoleh selama akhir pekan lalu.
Bitcoin sebelumnya sempat mencapai USD 88.500 setelah laporan tarif Trump tidak akan seketat yang diperkirakan. Namun, tekanan jual yang dipicu oleh ketidakpastian ekonomi global kembali membebani pasar.
Di sisi lain, pembelian besar oleh MicroStrategy sebanyak 6.911 BTC senilai USD 584 juta awal minggu ini sempat memberikan dorongan positif bagi Bitcoin. Namun, volatilitas tinggi yang terjadi saat ini mengancam keuntungan tersebut.
Analyst Tokocrypto, Fyqieh Fachrur menuturkan, volatilitas tinggi saat ini menunjukkan pasar berada dalam fase konsolidasi sebelum menentukan arah selanjutnya.
"Meskipun ada tekanan dari faktor makroekonomi dan kebijakan perdagangan AS, tren jangka panjang Bitcoin masih positif. Kami melihat bahwa harga BTC tetap bertahan di atas level psikologis USD 85.000, yang menunjukkan adanya akumulasi oleh investor besar,” ujar dia seperti dikutip dari keterangan resmi, ditulis Jumat (28/3/2025).
Faktor Lain
Ia juga menambahkan, sentimen bullish masih bisa kembali jika Bitcoin mampu mempertahankan level kunci di atas USD 88.000 dan menembus resistance USD 90.000 dalam beberapa hari mendatang.
"Jika tekanan jual mereda dan ada sentimen positif dari kebijakan moneter atau adopsi institusional, kita bisa melihat BTC kembali menguji USD 100.000 pada April. Namun, jika tekanan jual berlanjut, level support di USD 84.736 dan USD 81.162 menjadi titik penting yang harus diperhatikan oleh investor,” kata dia.
Selain kebijakan tarif dari Presiden Trump, menurut Fyqieh beberapa faktor lain juga turut berkontribusi terhadap anjloknya harga kripto, seperti pengurangan risiko oleh Investor Institusional. Investor besar mulai mengurangi eksposur mereka terhadap aset berisiko menjelang rilis data Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) pada Jumat, 28 Maret 2025.
PCE adalah indikator inflasi favorit The Fed, dan jika hasilnya lebih tinggi dari ekspektasi, pasar bisa mengalami aksi jual lebih lanjut.
"Harga Bitcoin cenderung mengisi kesenjangan harga pada pasar CME, dengan rentang antara $84.000 - $86.000. Secara historis, BTC sering kali kembali ke level ini sebelum melanjutkan pergerakan bullish,” ujar dia.
Dengan kondisi pasar yang tidak menentu, ia menuturkan, investor kripto harus tetap waspada terhadap perkembangan kebijakan global serta indikator teknikal utama. Bitcoin saat ini berada dalam fase kritis yang akan menentukan apakah akan melanjutkan tren bullish atau mengalami koreksi lebih dalam.
Dalam jangka panjang, tren akumulasi oleh investor besar menunjukkan potensi kenaikan masih tetap ada, namun pasar mungkin akan mengalami fluktuasi yang cukup signifikan sebelum mencapai titik stabil baru.
Prediksi: Harga Bitcoin Sentuh Level Tertinggi 9 Bulan Lagi
Sebelumnya, ekonom jaringan Bitcoin, Timothy Peterson mempertahankan pandangan optimisnya terhadap aset kripto Bitcoin (BTC).
Mengutip Cointelegraph, Kamis (27/3/2025) Peterson memperkirakan bahwa ada peluang 75% harga Bitcoin, kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar dunia akan mencapai titik tertinggi baru dalam 9 bulan ke depan.
Dalam sebuah postingan di platform media sosial X pada Selasa 25 Maret 2025, Peterson menyoroti posisi BTC saat ini di dekat batas bawah kisaran historisnya.
Analis tersebut menekankan jalur Bitcoin saat ini selaras dengan ambang batas 25% terbawah, sehingga memberikan peluang mayoritas untuk reli positif.
"Ada peluang 50% bahwa Bitcoin akan naik 50%+ dalam jangka pendek," ungkap Peterson.
Pernyataan Peterson mengikuti studi sebelumnya yang menemukan bahwa sebagian besar kinerja bullish tahunan Bitcoin terjadi pada bulan April dan Oktober, yang masing-masing mencapai rata-rata 12,98% dan 21,98% selama dekade terakhir.
Sementara itu, dalam sebuah postingam singkat terbaru di CryptoQuant, analis anonim Crazzyblockk mengatakan bahwa harga Bitcoin yang direalisasikan untuk paus jangka pendek adalah USD 91.000, sedangkan sebagian besar alamat yang sangat aktif memiliki basis biaya antara USD 84.000 dan USD 85.000.
Penurunan di bawah basis biaya dapat memicu penjualan, menjadikan kisaran USD 84.000 hingga USD 85.000 sebagai zona likuiditas yang kritis.
"Level basis biaya onchain ini mewakili zona keputusan di mana psikologi pasar bergeser. Pedagang dan investor harus memantau reaksi harga di area ini dengan cermat untuk mengukur kekuatan tren dan potensi pembalikan," tulisnya.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.