Analis Prediksi Harga Bitcoin Kembali Sentuh Rekor Sebelum Akhir Kuartal II 2025

3 days ago 9

Liputan6.com, Jakarta - Analis kripto prediksi bitcoin akan tembus level tertinggi sepanjang masa di posisi USD 109.000 atau sekitar Rp 1,80 miliar (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.577), lebih cepat dari yang diharapkan. Hal ini terjadi meski kondisi makro ekonomi Amerika Serikat (AS) sedang tidak stabil.

Mengutip Cointelegraph, Jumat (28/3/2025), Chief Crypto Analyst Real Vision, Jamie Coutts menuturkan, pasar mungkin meremehkan seberapa cepat bitcoin dapat melonjak, berpotensi mencapai level tertinggi baru sepanjang masa. Hal ini dapat terjadi sebelum kuartal II 2025 berakhir.

Ia menuturkan, perkiraan ini berlaku terlepas dari apakah ada kejelasan lebih lanjut tentang tarif dagang Presiden AS Donald Trump dan potensi kekhawatiran resesi.

Tarif dagang Donald Trump disalahkan atas tren penurunan bitcoin baru-baru ini. Pada 2 Februari 2025, harga bitcoin turun di bawah USD 100.00 dengan banyak partisipasi pelaku pasar menyalahkan penurunan bitcoin karena tarif dagang dan ketidakpastian mengenai suku bunga AS.

Coutts optimistis terhadap prediksinya tentang pemulihan ekonomi pada kondisi keuangan yang membaik, melemahnya dolar AS dan Bank Sentral China atau the People’s Bank of China meningkatkan likuiditas sejak awal 2025.

"Kondisi keuangan telah membaik secara drastis bulan ini, ditandai dengan penurunan tiga hari dolar AS terbesar ketiga sejak 2015 dan penurunan signifikan dalam suku bunga dan volatilitas obligasi pemerintah AS,” ujar dia.

"Likuiditas tetap menjadi hal utama dalam investasi di semua kelas aset,” ia menambahkan.

Berdasarkan data Coinmarketcap, bitcoin diperdagangkan pada harga USD 85.880, turun 3,16 persen selama sebulan terakhir.

Prediksi Harga Bitcoin

Merujuk pada unggahannya 7 Maret 2025, Coutts menuturkan, berdasarkan pergerakan terkini indeks dolar AS sulit untuk bersikap tidak optimistis terhadap bitcoin.

Berdasarkan sejarah kinerja indeks dolar AS, Coutts mengatakan, pada 1 Juni, perkiraan harga bitcoin selama 90 hari di kisaran harga USD 102.000-USD 123.000.

Target atas akan mewakili kenaikan 13 persen dari harga tertinggi sepanjang masa saat ini sebesar USD 109.000 yang dicapai pada 20 Januari.

Head of Digital Assets BlackRocks, Robbie Mitchnick menuturkan, bitcoin mungkin akan berkembang pesat di tengah resesi.

"Saya tidak tahu apakah kita akan mengalami resesi atau tidak, tetapi resesi akan menjadi katalisator besar bagi bitcoin,” ujar Michnick dalam wawancara pada 19 Maret kepada Yahoo Finance.

CryptoQuant menyatakan, hal ini terjadi pada saat bitcoin terus mengalami kondisi paling tidak bullish sejak Januari 2023.

Indeks Skor Bull CryptoQuant berada di angka 20, terendah sejak Januari 2023, menandakan pasar Bitcoin yang lemah dengan peluang kecil untuk reli yang kuat dalam waktu dekat.

Berdasarkan kinerja historis, jika skor tetap di bawah 40 untuk jangka waktu yang lama, hal itu dapat menandakan kondisi pasar bearish yang berkelanjutan, mirip dengan fase pasar bearish sebelumnya.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Bank Sentral Swiss Tolak Cadangan Strategis Bitcoin dan Tak Mau Beli Kripto

Sebelumnya, bank sentral Swiss dengan tegas menolak mata uang kripto sebagai cadangan strategis, dengan alasan fluktuasi harga yang liar, kelemahan hukum, dan kelemahan perangkat lunak.

Wakil Presiden Bank Sentral Swiss atau Swiss National Bank (SNB) Martin Schlegel memastikan bahwa bank sentral Swiss tidak berniat menambahkan Bitcoin atau mata uang kripto lainnya ke dalam cadangan.

Pernyataannya muncul di tengah meningkatnya perhatian internasional terhadap aset digital, terutama setelah Presiden AS Donald Trump baru-baru ini menganjurkan Amerika Serikat (AS) untuk membuat cadangan strategis kripto.

Meskipun ada pergeseran sentimen dari beberapa tokoh politik, Schlegel menegaskan kembali posisi lama Bank Sentral Swiss terhadap kepemilikan mata uang digital.

Dalam sebuah wawancara dengan salah satu stasiun televisi, Schlegel menjelaskan mengenai risiko kripto seperti fluktuasi harga yang ekstrem, perlindungan atau keamanan yang tidak memadai, dan landasan hukum yang lemah.

"Kami tidak memiliki rencana untuk membeli aset kripto," jelas dia dikutip dari Bitcoin.com, Sabtu (22/3/2025).

Dia menekankan bahwa cadangan devisa Bank Sentral Swiss dialokasikan secara ketat untuk menerapkan kebijakan moneter. Dia menuturkan, mata uang digital tidak dapat mendukung peran ini.

Fluktuasi yang Besar

Bankir sentral itu menjelaskan: "Seperti yang Anda ketahui, mata uang kripto memiliki fluktuasi nilai yang besar, jadi ini bukan hal yang pasti.”

Ia juga mengemukakan keraguan teknis, dengan menunjukkan bahwa mata uang kripto pada dasarnya adalah perangkat lunak dan rentan terhadap bug, yang selanjutnya merusak keandalannya.

Sementara Bank Sentral Swiss tetap menentang, AS menuju ke arah yang berbeda.

Presiden Trump telah membuat perubahan bersejarah dengan menandatangani perintah eksekutif yang menciptakan Cadangan Bitcoin Strategis AS dan persediaan aset digital nasional, mengubah tujuan mata uang kripto yang disita menjadi “Benteng Knox digital.”

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |