20% Cadangan Bitcoin Dunia Bakal Dikuasai Pihak Ini

2 days ago 10

Liputan6.com, Jakarta Pada 2026, lembaga-lembaga besar seperti pemerintah negara, negara bagian di AS, dan perusahaan pengelola kekayaan diperkirakan akan menguasai hingga 20% dari total pasokan Bitcoin di dunia. Prediksi ini menunjukkan bahwa keterlibatan institusi dalam dunia aset kripto terus mengalami peningkatan signifikan.

Melansir Coinmarketcap, Senin (26/5/2025), laporan dari Bitwise menyoroti semakin banyak lembaga mulai memasukkan Bitcoin dalam neraca keuangan mereka. Pihak-pihak seperti negara bagian, perusahaan publik, dan platform manajemen aset semakin menjadikan Bitcoin sebagai bagian penting dari strategi keuangan mereka. 

Bitwise melihat tren ini sebagai "pergeseran menuju kebijakan editorial", di mana Bitcoin bukan lagi pilihan alternatif, melainkan kebutuhan yang harus dimiliki dalam neraca.

Peran Kebijakan Pemerintah dan Undang-Undang

Pemerintah Amerika Serikat saat ini menguasai sekitar 198.000 Bitcoin. Angka ini bisa bertambah hingga 200.000 BTC per tahun tergantung pada arah kebijakan dan undang-undang, seperti RUU BITCOIN yang sedang digodok. Sementara itu, perusahaan-perusahaan besar, terutama yang menerbitkan ETF (Exchange-Traded Fund), juga memainkan peran besar dalam mendorong permintaan terhadap Bitcoin.

Diperkirakan hingga 4,2 juta BTC akan "terkunci" oleh institusi pada tahun 2026. Hal ini akan mengurangi jumlah Bitcoin yang tersedia di pasar umum, memperketat likuiditas, dan meningkatkan jumlah pemegang jangka panjang. ETF sendiri telah menyerap sebagian besar Bitcoin yang baru ditambang, membuat pasokan semakin langka.

Bitcoin Sebagai Aset Strategis Masa Depan

Kondisi ini menunjukkan bahwa peran institusi akan mengurangi aktivitas jual beli spekulatif di kalangan ritel. Adanya pengawasan dari lembaga besar juga akan mengubah dinamika pasar, dan bisa berdampak luas terhadap sistem keuangan global. Selain itu, potensi peraturan baru akan semakin mendorong adopsi Bitcoin secara resmi di kalangan institusi.

Dengan semakin banyak institusi yang terlibat, Bitcoin kini dilihat bukan sekadar alat investasi, melainkan aset strategis yang bernilai jangka panjang. Penurunan likuiditas dan peningkatan kepemilikan institusi dapat berdampak besar terhadap harga dan valuasi Bitcoin di masa mendatang.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Harga Bitcoin Diprediksi Capai Rekor Termahal Lagi, Siap-Siap Tembus Segini

Harga Bitcoin kembali menjadi sorotan setelah menembus angka USD 111.000, mendekati rekor tertingginya. Lonjakan ini memicu gelombang optimisme dari para analis dan pelaku pasar, yang memperkirakan harga Bitcoin bisa melesat jauh lebih tinggi dalam waktu dekat.

Menurut Shunyet Jan, Kepala Derivatif di Bybit, lonjakan Bitcoin saat ini hanyalah awal dari tren yang lebih besar. Ia memperkirakan harga Bitcoin bisa menyentuh angka USD 125.000 atau setara Rp 2 miliar (asumsi kurs Rp 16.261 per dolar  AS) pada akhir kuartal kedua tahun ini.

"Kami melihat konvergensi faktor yang unik kejelasan regulasi, arus masuk institusional, dan pergeseran ekonomi makro yang mempercepat adopsi arus utama,” kata Jan dikutip dari Coinmarketcap, Minggu (25/5/2025).

Arus modal yang terus mengalir ke ETF Bitcoin spot menjadi bukti bahwa investor institusional kini menganggap Bitcoin sebagai aset yang sah. Selain itu, hubungan terbalik antara Bitcoin dan nilai dolar AS memperkuat posisinya sebagai emas digital. 

Harga Bitcoin Bertahan di Level Ini

Dengan harga Bitcoin yang terus bertahan di atas USD 110.000, target USD 125.000 dianggap masuk akal dan mencerminkan kepercayaan pasar terhadap masa depan keuangan digital.

Jan juga menyinggung Undang-Undang GENIUS yang baru diperkenalkan, dan menekankan bahwa regulasi yang jelas sangat penting untuk membangun kepercayaan investor serta memperkuat infrastruktur aset kripto.

Meskipun optimis terhadap Bitcoin, Jan menyatakan sikap lebih hati-hati terhadap altcoin. Ia menjelaskan bahwa meskipun koin besar seperti Ethereum mungkin ikut naik, tingginya suku bunga dan ketidakpastian global bisa menjadi hambatan bagi lonjakan harga altcoin yang lebih kecil.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |