Anak Korban Ledakan Amunisi Garut: Bapak Saya Bukan Pemulung

6 hours ago 2

Bandung, CNN Indonesia --

Keluarga korban ledakan amunisi tak layak pakai di Garut membantah klaim TNI yang mengatakan warga sipil berada di lokasi ledakan karena sedang memulung sisa-sisa amunisi.

Dikutip dari salah satu video di akun Gubernur Jabar Dedi Mulyadi, keluarga korban menyebut korban bukan memulung, melainkan bekerja dengan TNI.

"Kebetulan saya dan adik saya (korban tewas) kerja di sana jadi buruh. Ngebuka amunisi," kata pria bernama Endang saat diwawancarai Dedi kala menengok keluarga korban peledakan amunisi tidak layak pakai, yang dilihat pada Kamis (15/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Endang menuturkan kepada Dedi, ia bersama adiknya bekerja sebagai buruh untuk membuka amunisi. Pekerjaan ini sudah ia jalani selama 10 tahun.

"Kerjanya ngapain," tanya Dedi.

"Ngebuka amunisi yang udah afkir. Saya sudah 10 tahun lebih. Upah ke saya Rp150 ribu sehari tiap hari. Tugas, kebetulan ngebuka amunisi. (Belajarnya) Otodidak. Selama 10 tahun Alhamdulillah (belum pernah meledak)," katanya.

Endang mengatakan, saat kejadian ia ada di lokasi kejadian. Kala itu akan melakukan pemusnahan detonator.

"Kalau dilihat dari fisik enggak mungkin meledak. Detonator. Sebenarnya itu bukan diledakin, itu mau di rendam sama air laut biar, kan air laut kena besi cepat karat, feeling saya," katanya.

Namun, Endang mendapat informasi jika perendaman kali ini, tidak hanya menggunakan air laut saja. Namun perendaman juga dilakukan dengan menggunakan pupuk.

"Mau direndam, di sananya sudah direndam enggak tahu pakai pupuk," katanya.

Sementara itu, salah satu anak korban juga bertemu dengan Dedi Mulyadi. Ia pun menyampaikan keberatan atas tuduhan ayahnya yang turut tewas dalam kejadian tersebut, disebut jadi pemulung.

"Saya minta pertanggungjawaban karena bapak saya di situ bukan seperti yang orang-orang pikirin. Bapa saya bukan pemulung, bapak saya di situ kerja. Bapak saya kerja sama itu tentara, saya tahu dari jaman saya saya sekolah," katanya.

"Udah lama, udah kemana-mana, udah Manado, Makasar, ke Bali. Katanya bapak saya ke situ (TKP) nyelonong, ngelawan TNI. Itu enggak," ungkapnya sambil menangis.

Dedi pun, menegaskan kepada masyarakat yang ada dalam wawancara tersebut, jika kejadian peledakan amunisi tidak layak tersebut, bukan memulung, melainkan tengah bekerja.

"Jadi ini sedang melakukan pekerjaan kategori kecelakaan kerja," katanya sambil diamini para warga.

[Gambas:Youtube]

Sebelumnya, Kapuspen TNI Kristomei Sianturi membeberkan alasan warga sipil turut menjadi korban ledakan amunisi kedaluwarsa di Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Kristomei menyebut ada 9 warga sipil dari total 13 korban meninggal dunia. Lokasi peristiwa itu merupakan milik Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kabupaten Garut yang diklaim sebagai tempat biasa TNI memusnahkan amunisi.

"Informasi yang kami dapat, kebiasaan yang ada, adalah apabila setelah peledakan itu masyarakat mendekat," kata Kristomei dalam wawancara dengan CNN TV, Senin (12/5).

"Kenapa mereka mendekat? Dalam rangka untuk mengambil sisa-sisa serpihan logam, tembaga, besi dari munisi-munisi yang sudah diledakkan tadi. Karena itu punya nilai jual," tuturnya.

(csr/isn)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |