Liputan6.com, Jakarta - Satoshi Nakamoto kembali masuk dalam jajaran miliarder dunia dengan harta di atas USD 100 miliar. pencipta Bitcoin (BTC) anonim ini kini kembali memiliki kekayaan kripto senilai lebih dari USD 102 miliar yang disebabkan kenaikan harga BTC melampaui USD 93.000 minggu ini.
Mengutip U-Today, Kamis (24/4/2025), tonggak sejarah ini sejalan dengan dimulainya kembali tren kenaikan di pasar kripto, karena Bitcoin terus menghancurkan perlawanan demi perlawanan dengan harga yang meningkat lebih dari 5% hanya dalam 24 jam terakhir.
Namun, sejak 14 April, harga Bitcoin sudah naik 12%, dan saat ini kita tengah berbicara tentang aset dengan kapitalisasi pasar USD 1,85 triliun.
Kepemilikan Satoshi sekitar 1,096 juta BTC tidak pernah berpindah selama lebih dari satu dekade. Kepemilikan tersebut dapat ditelusuri kembali ke serangkaian blok awal yang ditambang yang dikenal di kalangan blockchain sebagai "Pola Patoshi."
Blok-blok awal ini, yang ditambang antara Januari hingga Mei 2009, menunjukkan pola yang unik dan tidak tumpang tindih serta interval blok yang konsisten, yang menunjukkan bahwa blok-blok tersebut kemungkinan ditambang oleh satu individu atau entitas.
Pola tersebut juga mencakup satu-satunya alamat yang dikonfirmasi dari mana Satoshi Nakamoto pernah memindahkan Bitcoin, satu transaksi pada 2009. Sejak saat itu, kepemilikannya tetap tidak tersentuh.
Jadi, ini bukan sembarang dompet. Dompet ini diyakini sebagai satu-satunya yang terkait langsung dengan Nakamoto berdasarkan perilaku penambangan.
Jika Satoshi Nakamoto tidak menghilang 14 tahun lalu dan menjadi figur publik, maka kekayaan bersihnya saat ini akan memungkinkan pencipta Bitcoin tersebut menempati posisi ke-16 dalam daftar orang terkaya di Bumi versi Forbes, melampaui Jensen Huang dari Nvidia dan keluarga Koch misalnya.
Namun, apakah Bitcoin akan berada di tempatnya sekarang jika Satoshi menjadi figur publik masih menjadi pertanyaan.
Analis Prediksi Harga Bitcoin bakal Meroket dalam 7 Hari ke Depan, Apa Penyebabnya?
Sebelumnya, dua aset kripto raksasa, Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH), diperkirakan akan menunjukkan dinamika harga yang kontras dalam tujuh hari ke depan.
Analisis dari Bitget memprediksi tren harga Bitcoin akan naik, sementara Ethereum masih berkutat dengan pergerakan harga yang terbatas.
Kepala Analis Tim Riset Bitget, Ryan Lee, mengungkapkan Bitcoin menunjukkan momentum bullish yang kuat memasuki periode 21–27 April 2025.
BTC diperdagangkan dalam rentang USD 83.000 hingga USD 90.000 (sekitar Rp 1, 4 miliar sampai Rp 1,5 miliar). Keberhasilan menembus level USD 87.000 mengindikasikan pembalikan tren yang signifikan.
"Beberapa faktor fundamental mendorong kenaikan harga Bitcoin, termasuk peningkatan aliran dana ke Spot Exchange Traded Fund (ETF) Bitcoin dan berkurangnya tekanan jual dari para penambang pasca-halving," Lee memaparkan, dikutip Selasa (22/4/2025).
Selain itu, ia menambahkan, pelemahan nilai Dolar AS dan penguatan harga emas secara makroekonomi turut memperkuat daya tarik Bitcoin sebagai aset investasi yang dianggap lebih aman saat ini.
Sebaliknya, Ethereum (ETH), aset kripto terbesar kedua berdasarkan kapitalisasi pasar, masih menunjukkan pergerakan harga yang lebih lemah.
Tarif Trump Jadi Penyebab?
ETH terpantau bergerak dalam kisaran USD 1.520 hingga USD 1.700 (sekitar Rp 22,5 juta sampai Rp 28,5 juta). Lee menjelaskan bahwa terbatasnya aktivitas pada jaringan Layer 2 Ethereum dan rasio nilai ETH terhadap BTC yang lemah menjadi penyebab utama perbedaan kinerja ini.
Untuk mengubah sentimen pasar, menuut Lee, harga ETH perlu menembus di atas level USD 1.700.
Lebih lanjut, Lee menekankan pentingnya bagi investor untuk mencermati kondisi ekonomi makro dalam memprediksi arah pasar.
Isu-isu global seperti kebijakan tarif Trump yang sedang hangat diperbincangkan dapat memberikan dampak signifikan terhadap pergerakan harga berbagai instrumen investasi.
Perlu dicatat, analisis ini juga perlu dievaluasi kembali jika muncul fenomena atau kebijakan baru yang dapat mengubah lanskap ekonomi global secara drastis.