CNN Indonesia
Senin, 26 Mei 2025 21:24 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto membantah pihaknya melibatkan masyarakat sipil dalam insiden ledakan saat pemusnahan amunisi di Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Senin (12/5) lalu.
Agus mengatakan masyarakat sipil yang ikut menjadi korban dalam insiden itu merupakan pegawai dan tukang masak.
"Sebenarnya kita tidak melibatkan warga sipil dalam pemusnahan bahan peledak yang sudah expired," kata Agus usai menghadiri rapat kerja di Komisi I DPR, Senin (26/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebenarnya masyarakat sipil itu tukang masak dan pegawai di situ," imbuhnya.
Agus pada kesempatan itu memastikan pihaknya telah menerapkan Standar Operasional Prosedur atau SOP. Hanya saja, dia berdalih, pemusnahan amunisi yang kedaluwarsa lebih sensitif. Oleh karenanya, insiden Garut menurut dia akan menjadi masukan dan akan segera menjadi evaluasi.
"SOP-nya nanti akan kita rubah, supaya personel yang melaksanakan pemusnahan itu bisa aman. Kita koreksi ke dalam. Semoga tidak akan terjadi," kata Agus.
Agus mengungkap bahwa TNI telah menyiapkan santunan kepada 13 korban, termasuk warga sipil dalam insiden tersebut. Pertama, santunan risiko kematian senilai Rp350 juta. Kedua, nilai tunai tabungan asuransi.
Lalu, bantuan beasiswa Rp30 juta kepada dua anak, 12 kali gaji pokok tetap, hingga gaji pensiun 15 persen dari gaji pokok.
"Kemudian santunan kepada masyarakat juga sudah diberikan oleh Pangdam, KSAD, Panglima TNI, Menhan, dan Gubernur," kata Agus. Namun, dia tak menyebutkan jumlahnya.
(thr/dal)