Pakar Imunologi Unair: Vaksin Lama Tak Efektif Lawan Varian Covid Baru

17 hours ago 7

Surabaya, CNN Indonesia --

Pakar Imunologi Fakultas Kedokteran Universita Airlangga (FK Unair) dr Agung Dwi Wahyu Widodo menyebut vaksin yang sebelumnya diterima masyarakat dinilai sudah tak lagi efektif, menyusul tren meningkatnya kasus Covid-19 di beberapa negara Asia.

"Vaksin lama kurang efektif terhadap varian baru. Virus mutasi seperti Omicron dan Nimbus mampu menghindari sistem kekebalan yang terbentuk oleh vaksin generasi awal. Hal ini menjadi tantangan baru dalam menghadapi penyebaran varian mutakhir," kata Agung, Jumat (13/6).

Agung pun menyarankan agar segera dibuat vaksin baru yang spesifik untuk melawan varian-varian Omicron terkini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita membutuhkan vaksin baru, sama seperti pada kasus influenza musiman. Vaksin yang diperbarui bisa memberi perlindungan lebih baik," ucapnya.

Agung mengatakan Covid-19 saat ini tidak separah sebelumnya, tetapi ancamannya tetap nyata. Untuk itu, kewaspadaan masyarakat perlu tetap dijaga.

"Kita sudah melewati pandemi sekitar empat tahun lalu. Jadi, kalau ada kenaikan sedikit, itu masih bisa dikatakan wajar. Namun, kita tetap harus waspada karena tidak menutup kemungkinan virus ini belum benar-benar hilang. Ia hanya mengalami mutasi menjadi lebih cepat menular, meski gejalanya lebih ringan," jelasnya.

Peningkatan kembali kasus Covid-19 menurut Agung dipicu oleh tiga faktor utama. Ketiga faktor tersebut adalah varian baru virus, penurunan kekebalan populasi, serta perubahan perilaku masyarakat pascapandemi. Kombinasi dari ketiganya menciptakan kondisi yang rawan terhadap penyebaran ulang.

"Varian baru ini merupakan hasil mutasi Omicron, mulai dari JN.1 hingga NB.1.8.1. Varian NB.1.8.1 ini dikenal dengan nama Nimbus. Nimbus memiliki perbedaan struktur spike yang sangat signifikan dari varian Omicron sebelumnya," ujarnya.

Perubahan cuaca juga dinilai berkontribusi menurunkan daya tahan tubuh masyarakat. Menurutnya, musim yang seharusnya panas berubah menjadi dingin dan hujan, kondisi yang ideal bagi penyebaran SARS-CoV-2. Situasi tersebut mirip dengan saat virus pertama kali menyebar secara global.

"Perubahan musim ini memicu penurunan kekebalan tubuh masyarakat. Sementara itu, banyak orang merasa Covid-19 sudah tidak ada sehingga mereka mengabaikan protokol kesehatan. Padahal, tidak adanya pemeriksaan bukan berarti virus benar-benar hilang," terangnya.

Lebih lanjut, Agung menyebutkan, minimnya pemeriksaan dan pelacakan membuat infeksi Covid-19 tidak terdeteksi. Banyak orang yang batuk atau pilek tidak mengetahui apakah ia terinfeksi Covid-19. Hal ini menyebabkan munculnya infeksi lubuk yang sulit terkendali.

Agung juga mengimbau masyarakat untuk menjaga gaya hidup sehat guna memperkuat imunitas. Hal itu mencakup konsumsi makanan bergizi, istirahat cukup, olahraga sesuai kemampuan, serta menghindari stres. Ia juga menyarankan masyarakat tetap menerapkan protokol dasar, termasuk memakai masker di tempat umum. 

(frd/isn)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |