CNN Indonesia
Selasa, 18 Mar 2025 07:33 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Komandan Staf Umum Militer Ukraina mengonfirmasi penarikan pasukan dari pusat logistik Sudzha di Oblast Kursk, Rusia, pada Senin (17/3) beberapa hari setelah Moskow mengklaim telah menguasai kota tersebut.
Tanpa mengeluarkan pernyataan resmi terkait penarikan itu, Staf Umum Militer Ukraina membagikan peta medan perang terbaru di media sosial, yang menunjukkan posisi pasukan Ukraina yang telah mundur sepenuhnya dari Sudzha.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Konfirmasi ini muncul di tengah serangan Rusia yang kembali semakin intens ke wilayah perbatasan, di mana Ukraina telah melancarkan invasi darat dan serangan lintas batas secara mengejutkan sejak Agustus 2024.
Ukraina melancarkan "invasi balasan" ke wilayah perbatasan Rusia ini dengan harapan dapat menggunakan wilayah yang direbut sebagai alat tawar dalam negosiasi perdamaian.
Dikutip Kyiv Independent, Kyiv terus mempertahankan posisinya yang semakin terdesak di Oblast Kursk, meskipun menghadapi situasi logistik yang semakin sulit akibat gempuran artileri, drone, dan bom luncur Rusia.
Di tengah beredarnya laporan yang belum terverifikasi tentang pasukan Ukraina yang terkepung, Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada 14 Maret mendesak Presiden Rusia Vladimir Putin untuk "mengampuni" pasukan Ukraina yang dikabarkan terjebak.
Ukraina membantah klaim pengepungan tersebut.
Kementerian Pertahanan Rusia sebelumnya mengklaim pada 13 Maret bahwa pasukannya telah merebut Sudzha.
Pernyataan itu muncul sehari setelah Panglima Tertinggi Ukraina Oleksandr Syrskyi mengonfirmasi jika pertempuran masih berlangsung di pinggiran Sudzha dan wilayah sekitarnya.
"Dalam situasi tersulit sekalipun, prioritas utama saya adalah dan tetap menyelamatkan nyawa para prajurit Ukraina. Untuk itu, jika diperlukan, unit-unit Pasukan Pertahanan Ukraina akan bermanuver ke posisi yang lebih menguntungkan," ujar Syrskyi.
Laporan penarikan pasukan ini juga muncul jelang pembicaraan Trump dan Putin via telepon hari ini, Selasa (18/3), untuk membahas soal gencatan di Ukraina. Kedua presiden juga dikabarkan bakal menggelar pertemuan dalam waktu dekat.
(rds)