Rentetan Kebijakan Dedi Mulyadi Mulai Tuai Gelombang Perlawanan

9 hours ago 4
Daftar Isi

Jakarta, CNN Indonesia --

Kebijakan yang dibuat Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mulai menuai gelombang penolakan dari berbagai kalangan.

Sejumlah aturan baru terkait kegiatan pendidikan di Jabar dinilai memberatkan masyarakat dan menimbulkan dampak luas, mulai dari sektor pariwisata hingga kesiapan siswa dalam jam mulai belajar.

Aturan baru ini meliputi jam masuk sekolah pukul 06.30 WIB hingga larangan study tour atau karyawisata bagi siswa.

Berikut beberapa kebijakan Dedi Mulyadi yang mendapat perlawanan dari warga Jabar.

Larangan study tour picu demonstrasi

Pemerintah Provinsi Jawa Barat secara resmi melarang kegiatan study tour atau karyawisata bagi siswa sekolah melalui Surat Edaran (SE) Penjabat Gubernur Jabar Nomor 64 Tahun 2024.

Dedi Mulyadi bahkan telah mencopot seorang kepala sekolah SMK di Depok yang tetap melaksanakan karyawisata usai resmi menjabat gubernur.

Dedi menyebut larangan tersebut bertujuan mencegah beban biaya yang berlebihan pada orang tua siswa. Namun, kebijakan ini mendapatkan penolakan keras dari penggiat pariwisata.

Solidaritas Pekerja Pariwisata Jawa Barat menggelar unjuk rasa di depan Gedung Sate, Bandung, Senin (21/7), menuntut pencabutan larangan study tour. Mereka datang menggunakan sekitar 50 bus pariwisata.

Koordinator aksi, Herdi Sudardja, menyebut larangan itu membuat pendapatan perusahaan wisata anjlok hingga 60 persen.

"Dari Rp80 juta per bulan (turun) menjadi sekitar Rp30 juta atau sekitar 60 persen. Dengan angka itu, pengusaha tidak bisa untuk membayar cicilan pihak leasing, pihak perbankan," kata Herdi di sela-sela aksi tersebut.

Tak hanya pengusaha wisata, menurut Herdi, UMKM dan pelaku usaha lainnya yang terkait dengan sektor pariwisata juga ikut terdampak. Ia mengungkapkan bahwa pihaknya telah mencoba meminta audiensi dengan pemerintah, namun tidak mendapat respons.

"Pelarangan ini, kebijakan ini dikeluarkan tanpa ada solusi penyelamat, baik bagi para pengusahanya maupun juga para pekerjanya," ujarnya.

Herdi bahkan membandingkan situasi ini dengan masa pandemi Covid-19, yang menurutnya masih lebih bisa ditoleransi. Beberapa perusahaan bus memang belum gulung tikar, tetapi telah mulai merumahkan pekerja.

"Pengusaha saya beberapa kali minta tolong jangan ada PHK dulu untuk sektor yang tiga elemen (perusahaan bis, UMKM, pekerja). Tapi yang layoff atau dirumahkan itu dimulai. Itu karena tidak ada pesanan," katanya.

Massa aksi juga menutup akses flyover Pasupati dengan armada bus pariwisata. Meski demikian, aksi berlangsung kondusif dengan penjagaan aparat kepolisian.

Walkot Bandung izinkan study tour

Sementara itu, Pemerintah Kota Bandung mengambil sikap berbeda. Wali Kota Muhammad Farhan menyatakan study tour diperbolehkan selama tidak mempengaruhi nilai akademik siswa.

"Selama study tour tidak memengaruhi nilai akademik siswa, ya silakan saja. Tidak ada masalah," kata Farhan, dikutip dari Antara, Senin (21/7).

Menurutnya, kegiatan study tour dapat menjadi bagian dari pembelajaran nonformal yang bermakna jika dilakukan dengan perencanaan matang dan pengawasan sekolah.

"Kalau dari Gubernur ada edaran larangan, itu sah-sah saja. Tapi Bandung tidak akan ikut melarang. Kota ini terbuka, masuk boleh, keluar pun boleh," ujarnya.

Bekasi tolak jam sekolah 06.30 WIB

Kebijakan lain yang menuai sorotan adalah aturan jam masuk sekolah yang dimajukan. Dedi menetapkan jam pelajaran di sekolah dimulai pukul 06.30 WIB melalui SE Nomor 58/PK.03/DISDIK, tertanggal 28 Mei 2025.

Aturan ini diberlakukan pada tahun ajaran baru mulai Juli 2025 dengan jam sekolah yang berlaku dari Senin hingga Jumat, sedangkan Sabtu dan Minggu diliburkan.

Sekretaris Daerah Provinsi Jabar Herman Suryatman menjelaskan teknis pelaksanaannya akan diserahkan ke pemerintah daerah masing-masing.

"Iya kan di sana diatur dan teknisnya seperti SD, SMP kan kewenangan bupati ya. Silakan bupati bisa menindaklanjuti dengan surat edaran. Kemudian Kemenag bisa menindaklanjuti untuk MA, MTs, RA, MI," ujarnya, Selasa (3/6).

Dedi sempat menyampaikan keinginannya agar jam masuk sekolah dimulai pukul 06.00 WIB, mengacu pada pengalamannya saat menjabat Bupati Purwakarta.

"Enggak apa-apa jam belajarnya jam 6 pagi, tapi hari Sabtu libur. Setuju enggak?" kata Dedi dalam unggahan di akun Instagramnya, @dedimulyadi71, Kamis (29/5).

Namun, Pemerintah Kota Bekasi melakukan penyesuaian kebijakan yang beda. Wali Kota Tri Adhianto mengaku menerima banyak keluhan dari orang tua siswa terkait kesulitan mempersiapkan anak di pagi hari dan dampak kemacetan.

"Masuk jam 06.30 menimbulkan lonjakan kepadatan lalu lintas, karena bentrok dengan jam berangkat kerja. Anak-anak juga jadi terburu-buru dan belum siap belajar. Kita tidak ingin anak datang ke sekolah dalam keadaan lelah atau belum sarapan," ujar Tri, Senin (21/7).

Ia menyebut sekolah-sekolah yang berada di jalur utama seperti SMPN 1, 2, dan 3 mengalami kemacetan cukup parah saat jam masuk dimajukan.

"Jadi, bukan soal anak bisa bangun pagi atau tidak. Tapi kita harus realistis, orang tua juga butuh waktu untuk persiapan. Kita ingin anak datang ke sekolah dalam kondisi siap secara fisik dan mental," ujarnya.

Jam malam pelajar juga diprotes

Kebijakan Dedi yang menimbulkan polemik lainnya adalah penerapan jam malam bagi pelajar. Aturan ini tertuang dalam SE Nomor 51/PA.03/Disdik, diterbitkan pada 23 Mei 2025.

Dalam surat edaran tersebut, pelajar dilarang melakukan aktivitas di luar rumah mulai pukul 21.00 hingga 04.00 WIB, kecuali dalam kondisi darurat, bersama orang tua/wali, atau mengikuti kegiatan yang diketahui wali.

Dikutip dari detikJabar, Forum Orang Tua Siswa (Fortusis) Jawa Barat menyampaikan keberatan terhadap aturan ini. Ketua Fortusis Jabar Dwi Subianto menilai kebijakan itu tidak mempertimbangkan tanggung jawab keluarga dalam mendidik anak.

"Iya sangat keberatan. Jadi nilai edukasinya dimana, itu kan anak sudah sekolah dari pagi sampai sore, terus malam nggak boleh main, keliru dong," ujar Dwi, Selasa (27/5).

Ia menilai tidak semua pelajar yang keluar malam melakukan hal negatif. Banyak dari mereka justru mendapat inspirasi dari aktivitas malam hari.

"Tidak semua pelajar keluar malam itu berbuat hal yang negatif. Ada anak yang di malam hari justru mendapat inspirasi. Misalnya bawa laptop, ngobrol sama temannya menemukan gagasan, mendapat ide baru," katanya.

Dwi menegaskan bahwa pemerintah seharusnya terlebih dahulu memenuhi kewajiban menyediakan infrastruktur seperti sarana olahraga dan budaya sebelum membuat aturan pembatasan.

"Jadi kewajiban pemerintah dulu, baru ngatur. Jadi jangan mentang-mentang berkuasa semaunya. Di era demokrasi sekarang kewajiban pemerintah apa, penuhi," ujarnya.

(fra/kay/fra)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |