Liputan6.com, Jakarta Banyak pemilik kucing yang menganggap memberi makan secara berlebih adalah bentuk kasih sayang. Tak jarang, camilan ekstra dan porsi makanan yang besar diberikan demi membuat si meong bahagia. Namun, sebuah studi terbaru justru mengungkap bahwa kebiasaan ini bisa berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental kucing.
Penelitian tersebut menemukan bahwa kucing yang diberi makan secara berlebihan cenderung mengalami masalah obesitas, gangguan perilaku, hingga penurunan kualitas hidup secara keseluruhan. Efek ini tak hanya terlihat dari perubahan berat badan, tetapi juga dari meningkatnya risiko penyakit kronis seperti diabetes, arthritis, dan gangguan pencernaan. Hal ini menunjukkan bahwa "terlalu sayang" bisa menjadi bumerang jika tidak diiringi dengan pemahaman yang benar.
Hasil studi ini menjadi peringatan penting bagi para pemilik kucing untuk lebih bijak dalam mengatur pola makan hewan peliharaan mereka. Dengan memberikan porsi makanan yang tepat dan seimbang, serta menghindari kebiasaan memberi makan berlebih, kita bisa menjaga kucing tetap sehat dan bahagia dalam jangka panjang. Yuk, cari tahu lebih dalam tentang temuan menarik dari penelitian ini!
Penelitian pada Kucing Dilakukan
Mengutip dari Science Alert pada Jumat, lebih dari separuh populasi kucing di Amerika mengalami kelebihan berat badan, dan kondisi ini patut menjadi perhatian. Tim peneliti dari University of Illinois Urbana-Champaign melakukan studi untuk menggali lebih dalam mengenai dampak dari peningkatan berat badan pada kucing, meskipun sebelumnya sudah banyak penelitian terkait cara menurunkannya.
Kelly Swanson, seorang ahli nutrisi sekaligus penulis utama studi ini, menyebutkan bahwa sisi lain dari masalah ini, yaitu proses kenaikan berat badan akibat makan berlebihan, masih kurang mendapat sorotan yang memadai.
“Kami tertarik untuk mengetahui lebih jauh bagaimana proses metabolisme dan sistem pencernaan kucing berubah ketika mereka mengalami kenaikan berat badan akibat konsumsi makanan yang berlebih,” ujar Swanson. Penelitian ini dilakukan dengan melibatkan 11 ekor kucing betina dewasa yang telah disterilkan dan memiliki kondisi berat badan ideal.
Dampak Makan Berlebihan terhadap Kesehatan dan Berat Badan Kucing
Dalam dua minggu pertama penelitian, para kucing diberikan makanan komersial yang bernutrisi dan seimbang. Namun, selama 18 minggu selanjutnya, mereka masih mengonsumsi makanan yang sama, tetapi dengan kebebasan penuh untuk makan sebanyak dan sesering yang mereka mau.
Selama periode ini, yaitu pada awal eksperimen serta pada minggu ke-6, ke-12, dan ke-18, para peneliti mengambil sampel darah dan feses dari kucing-kucing tersebut untuk dianalisis. Mereka juga memantau tingkat aktivitas kucing menggunakan alat pelacak yang dipasang pada kalung khusus.
“Kami awalnya menduga bahwa peningkatan berat badan akan berdampak pada penurunan aktivitas fisik, namun tidak ditemukan pola perubahan yang konsisten,” kata Kelly Swanson. Ia menambahkan bahwa hasil tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh keunikan masing-masing kucing dan faktor lingkungan, termasuk seberapa aktif interaksi pemilik terhadap hewan peliharaannya.
Kebiasaan Makan Kucing dan Pengaruhnya terhadap Sistem Pencernaan
Dalam waktu singkat, kucing-kucing dalam studi ini meningkatkan asupan makanannya secara signifikan, yang berdampak langsung pada kenaikan berat badan mereka. Kondisi ini membuat peningkatan berat badan menjadi hal yang tak terhindarkan.
Seiring dengan meningkatnya jumlah makanan yang dikonsumsi, kadar lemak dalam tubuh kucing pun ikut bertambah, dan sistem pencernaan mereka menjadi kurang efektif dalam menyerap nutrisi. Kelly Swanson menjelaskan bahwa ketika asupan makanan rendah, tubuh lebih optimal dalam memproses dan menyerap zat gizi. Sebaliknya, jika makanan yang masuk terlalu banyak, proses pencernaan menjadi lebih cepat dan nutrisi yang diserap pun jadi lebih sedikit.
Kucing yang makan dalam jumlah besar juga menghasilkan lebih banyak kotoran, dengan tingkat keasaman tinja yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa proses pencernaan tidak berjalan optimal. “Pada manusia, tinja yang lebih asam biasanya menandakan bahwa karbohidrat dan lemak tidak terserap dengan baik. Temuan kami menunjukkan hal serupa pada kucing, di mana peningkatan jumlah makanan berbanding lurus dengan penurunan pH tinja dan efisiensi pencernaan,” jelas Swanson.
Perubahan Mikrobioma Usus Kucing
Para peneliti mencatat adanya perbedaan komposisi mikroba dalam usus kucing sebelum dan sesudah 18 minggu diberikan makanan tanpa batas. Selain itu, waktu yang dibutuhkan makanan untuk melewati sistem pencernaan—dari saat dikonsumsi hingga dikeluarkan sebagai feses—menurun sekitar 25 persen seiring dengan bertambahnya berat badan kucing.
Kelly Swanson menjelaskan bahwa perubahan durasi perjalanan makanan dalam saluran cerna ini merupakan temuan yang cukup baru, dan kemungkinan besar berkontribusi terhadap perubahan jenis mikroba yang ditemukan dalam tinja kucing.
Beberapa perubahan dalam mikrobioma kucing ternyata berbeda dari pola umum yang biasanya terlihat pada manusia dengan obesitas. Hal ini mengindikasikan bahwa ada faktor lain, selain berat badan, yang mungkin turut memengaruhi kondisi tersebut. Memahami bagaimana metabolisme dan pencernaan berubah akibat obesitas pada kucing dinilai penting untuk upaya pencegahan dan pengobatan. Tim peneliti menyarankan agar studi lanjutan dilakukan untuk mengeksplorasi lebih dalam hubungan antara perubahan mikrobioma usus dan kesehatan secara menyeluruh.
Pendekatan Efektif untuk Mengontrol Berat Badan Kucing
Dalam penelitian terbarunya, Swanson bersama tim menunjukkan bahwa pengaturan porsi makanan secara tepat dapat membantu kucing menurunkan berat badan dan lemak tubuh dengan cara yang aman.
Setelah fase peningkatan berat badan selesai, 11 ekor kucing dalam studi ini menjalani program diet dengan jumlah makanan yang dibatasi, yang berhasil mengembalikan berat badan mereka ke kondisi semula.
Selain mengontrol porsi makan, para peneliti juga merekomendasikan agar pemilik hewan memadukan waktu makan dengan aktivitas fisik dan stimulasi mental. Contohnya, dengan menyebar makanan ke beberapa tempat, melemparkan makanan agar kucing aktif bergerak, atau menggunakan mainan berbentuk teka-teki untuk makanan.
Meskipun kucing dikenal sebagai makhluk yang mandiri dan pintar, mereka tetap memerlukan perhatian dan dukungan untuk menjaga kesehatan serta kebahagiaan mereka. Temuan dari studi ini telah dipublikasikan di Journal of Animal Science.