Tunggakan Pinjaman Mahasiswa di AS Siap Pecah Rekor Rp4.147 Triliun

2 days ago 4

Jakarta, CNN Indonesia --

Tunggakan pinjaman mahasiswa di Amerika Serikat siap mencapai rekor tertinggi, sebesar lebih dari $250 miliar atau sekitar Rp4.147 triliun

Data Bank Sentral Federal New York merilis laporan dua tahunan yang melacak beban utang pinjaman mahasiswa, tunggakan, dan dampak terkaitnya terhadap skor kredit pada Rabu (26/3).

Dalam laporan Pembaruan Pinjaman Mahasiswa 2025 menunjukkan sekitar 15,6 persen pinjaman federal kemungkinan telah lewat jatuh tempo pada akhir tahun lalu, dengan lebih dari $250 miliar atau sekitar Rp4.147 triliun utang tertunggak yang dimiliki 9,7 juta peminjam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perkiraan Federal New York berdasarkan data bantuan mahasiswa-mahasiswi federal yang tersedia hingga 30 September 2024.

Tunggakan pinjaman mahasiswa baru terbukti sangat merugikan nilai kredit, dengan pengurangan rata-rata 87 poin untuk peminjam subprime dan pengurangan tajam 171 poin bagi mereka yang memiliki status kredit superprime, atau sangat baik.

Laporan itu juga menyebut lebih dari 9 juta peminjam bisa mengalami penurunan skor kredit pada kuartal pertama 2025.

Selama pandemi Covid-19, peminjam pinjaman mahasiswa merasa lega karena ada penangguhan pembayaran.

Namun, penghentian pembayaran selama 3,5 tahun berakhir pada September 2023. Di bawah pemerintahan Joe Biden, AS punya ketentuan sendiri yakni "on ramp."

Selama satu tahun peminjam terlindungi dari dampak negatif pembayaran yang melewati jatuh tempo.

Berdasarkan temuan New York Fed ada indikasi peminjam tidak membayar pinjaman dengan tingkat sama seperti sebelum pandemi. Ini membuat potensi dampak negatif terhadap skor kredit semakin besar.

Sejak bunga dan pembayaran kembali berlaku pada September 2023, sebagian besar peminjam mengalami penurunan saldo, demikian temuan New York Fed.

Namun, porsi peminjam yang saldonya tetap sama atau bertambah besar tetap jauh di atas level sebelum pandemi pada akhir tahun 2024.

Hal itu kemungkinan terjadi karena kombinasi dari peminjam yang tidak membayar dan sejumlah besar peminjam berada dalam masa penangguhan administratif.

Data terbaru menunjukkan utang pinjaman mahasiswa menjadi semakin membebani usai serangkaian tindakan pemerintahan Donald Trump.

Misalnya membubarkan Kementerian Pendidikan dan menghentikan sementara aplikasi pembayaran berdasarkan pendapatan. Kondisi itu bisa menyulitkan kemampuan peminjam mengelola utang mereka.

"Ini adalah gagasan 'You can't get blood from the stone [sesuatu yang sulit didapat': Uang itu harus berasal dari suatu tempat]," kata analis industri senior di Bankrate Ted Rossman, dikutip CNN.

"Jadi orang-orang mungkin tertinggal dalam [utang] lain karena beban pinjaman mahasiswa," imbuh dia.

Sementara peminjam pinjaman mahasiswa mewakili porsi yang relatif kecil dari keseluruhan pengeluaran konsumen, laporan New York Fed menunjukkan keuangan beberapa warga AS kian rentan saat ekonomi tak pasti.

(isa/dna)

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |