Heboh Grup Chat Pejabat AS Bocor, Menhan Bantah Ada Informasi Rahasia

6 days ago 7
Update Kabar Hot 24 Jam Tepat Terbaru

Jakarta, CNN Indonesia --

Sebuah skandal keamanan mengguncang pemerintahan Amerika Serikat (AS) setelah terungkap bahwa data dari grup obrolan Signal yang berisi pejabat tinggi pemerintahan Donald Trump telah bocor.

Kebocoran ini memicu kekhawatiran serius mengenai keamanan komunikasi dalam lingkup intelijen dan pemerintahan.

Menurut laporan yang beredar, informasi dari grup Signal yang digunakan oleh pejabat keamanan nasional AS untuk membahas operasi militer, termasuk serangan ke Yaman, telah diakses oleh pihak yang tidak berwenang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Majalah The Atlantic pertama kali mengungkap bahwa editor mereka secara tidak sengaja dimasukkan dalam grup Signal tersebut, memungkinkan mereka untuk melihat diskusi rahasia mengenai serangan terhadap pemberontak Houthi di Yaman yang didukung Iran.

Dalam sidang dengar pendapat di Kongres, Direktur Intelijen Nasional Tulsi Gabbard dan pejabat intelijen lainnya membela penggunaan aplikasi pihak ketiga tersebut.

Sementara, Menteri Pertahanan Amerika Serikat Pete Hegseth menegaskan bahwa tidak ada informasi rahasia yang dibagikan.

"Tidak ada unit, lokasi, rute, jalur penerbangan, sumber, metode, atau informasi rahasia," kata Hegseth dikutip CNN, Rabu (26/3).

Ia menyebut pesan-pesan tersebut sebagai pembaruan tim yang bertujuan untuk memberikan informasi umum secara real-time.

"Itulah yang saya lakukan," tambahnya. "Itulah tugas saya."

Namun, dua sumber membantah klaim Hegseth. Seorang pejabat pertahanan AS yang mengetahui operasi tersebut, serta sumber lain yang mendapat pengarahan setelahnya, mengonfirmasi bahwa informasi yang dibagikan Hegseth sangatlah rahasia pada saat itu, terutama karena operasi tersebut bahkan belum dimulai.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio, menyebut insiden masuknya seorang jurnalis ke dalam grup chat yang membahas rencana serangan militer sebagai kesalahan besar. Ia memperkirakan akan ada reformasi untuk mencegah kejadian serupa.

"Jelas, seseorang melakukan kesalahan - kesalahan besar - dengan menambahkan seorang jurnalis. Tidak ada masalah dengan jurnalis, tapi seharusnya kamu tidak ada di grup itu," kata Rubio dalam konferensi pers di Jamaika.

Rubio tidak menunjuk siapa yang bersalah, tetapi dengan cepat menegaskan bahwa dirinya hanya dua kali terlibat dalam percakapan grup tersebut, yaitu saat menugaskan perwakilan dan saat memberi ucapan selamat kepada pasukan AS setelah serangan ke Yaman diumumkan secara publik.

Anggota Kongres dari Partai Demokrat, Jim Himes, menilai kebocoran ini sangat berbahaya.

"Hanya karena keberuntungan luar biasa, tidak ada tentara AS yang terbunuh akibat kesalahan komunikasi ini," ujarnya.

Namun, bukti yang dirilis menunjukkan bahwa metode serangan dan persenjataan yang digunakan sempat didiskusikan dalam grup tersebut.

Gedung Putih menyebut laporan ini sebagai "berita palsu," sementara beberapa pejabat intelijen mengakui adanya risiko dalam penggunaan aplikasi Signal untuk komunikasi resmi.

Hingga kini, penyelidikan internal masih berlangsung untuk memastikan sejauh mana kebocoran data ini berdampak terhadap keamanan nasional AS.

(isn/isn)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |