Khamenei Balas Ancaman Trump, Bakal Pukul Keras Jika AS Serang Iran

1 day ago 3

Jakarta, CNN Indonesia --

Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, membalas ultimatum Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengancam bakal terjadi pengeboman jika kedua negara gagal sepakat tentang nuklir.

Khamenei menyatakan siap menanggapi ancaman AS itu dengan tegas dan segera jika ultimatum itu benar-benar terjadi. Iran bahkan mengancam balik dengan mewanti-wanti pukulan keras terhadap AS.

"Mereka mengancam akan menyerang kami, yang menurut kami tidak mungkin terjadi. Namun, jika mereka melakukan kejahatan apa pun, mereka pasti akan menerima pukulan balasan yang kuat," ujar Khamenei, seperti diberitakan Reuters pada Senin (31/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dan jika mereka berniat untuk memicu kerusuhan di dalam negeri seperti tahun-tahun lalu, rakyat Iran sendiri yang akan menghadapinya," sambungnya.

Pernyataan itu muncul beberapa waktu setelah Iran menolak negosiasi nuklir dengan AS. Donald Trump mengaku pejabat kedua negara telah berbicara, tapi dia tidak merinci lebih lanjut.

Ia justru mengancam akan ada pengeboman jika Iran tidak segera mencapai kesepakatan dengan Amerika Serikat soal nuklir. Presiden AS itu bahkan menyebut skala ancaman bom ini belum pernah terjadi sebelumnya.

"Jika mereka tidak membuat kesepakatan, akan ada pengeboman. Itu akan menjadi pengeboman yang belum pernah mereka lihat sebelumnya," kata Trump.

"Jika mereka tidak membuat kesepakatan, saya akan mengenakan tarif sekunder pada mereka seperti yang saya lakukan empat tahun lalu," Trump menambahkan.

Pemerintah Iran sebenarnya sudah menanggapi komentar Trump. Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghci mengatakan Teheran punya kebijakan untuk tidak terlibat dalam negosiasi langsung dengan AS.

Presiden Iran Masoud Pezeshkian juga kembali menegaskan kebijakan itu, terutama karena Iran berada di bawah ancaman militer.

"Negosiasi langsung (dengan AS) telah ditolak, tetapi Iran selalu terlibat dalam negosiasi tidak langsung, dan sekarang juga, Pemimpin Tertinggi telah menekankan bahwa negosiasi tidak langsung masih dapat dilanjutkan," katanya.

Dalam periode pertamanya, Trump menarik AS dari kesepakatan 2015 antara Iran dan negara-negara besar dunia yang menetapkan batasan ketat pada aktivitas nuklir Teheran yang disengketakan dengan imbalan keringanan sanksi.

Negara-negara Barat menuduh Iran memiliki agenda rahasia untuk mengembangkan kemampuan senjata nuklir dengan memperkaya uranium hingga tingkat kemurnian fisil yang tinggi, di atas apa yang mereka katakan dapat dibenarkan untuk program energi atom sipil.

Sementara itu, Iran membalas dengan mengatakan program nuklirnya sepenuhnya untuk tujuan energi sipil.

(frl/isn)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |