Jakarta, CNN Indonesia --
Israel kembali menyerang wilayah Gaza, Senin (17/3) dengan menggunakan drone. Akibat serangan tersebut, lima orang dilaporkan tewas.
Serangan tersebut terjadi pada Senin sore (17/3), ketika tiga orang Palestina sedang mengumpulkan kayu bakar untuk memasak berbuka puasa.
Melansir Aljazeera, di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir el-Balah, Gaza, para kerabat bergegas mengucapkan selamat tinggal kepada ketiga jenazah yang dikafani dengan kain kafan putih.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka menjadi sasaran, dan ketika sepupu mereka dan orang lain di daerah itu datang untuk menyelamatkan mereka, pesawat tak berawak menargetkan mereka dengan bom," kata Jabr Abou Hajeer, ayah salah satu korban.
Kemudian, petugas medis mengatakan bahwa serangan udara Israel juga menewaskan seorang ayah dan putranya di dalam sebuah sekolah yang menampung keluarga pengungsi di kamp pengungsi Bureij di dekat lokasi serangan sebelumnya. Dengan ini, total jumlah korban tewas hari ini menjadi lima orang.
Sebelumnya, sebanyak sembilan orangmeninggal dunia dan lainnya luka-luka usai serangan yang kembali dilancarkan Israel di Beit Lahia,Gaza Utara, Palestina, Sabtu (15/3).
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, serangan negara teroris Israel ke wilayah tersebut merupakan insiden paling mematikan sejak gencatan senjata mulai berlaku pada bulan Januari 2025.
Sementara itu, militer Israel mengklaim bahwa serangan tersebut bertujuan menyerang dua 'teroris' di daerah Beit Lahia.Israel mengklaim dua target mereka menimbulkan ancaman bagi pasukan IDF.
Operasi genosida Israel di Gaza terus berlanjut sejak gencatan senjata dimulai.
Sebelumnya, Israel dan Hamas akan memulai negosiasi untuk fase kedua gencatan senjata di Jalur Gaza setelah mandek usai resmi berakhir pada 1 Maret.
Gencatan senjata Israel-Hamas fase pertama telah berakhir pada 1 Maret lalu usai berlangsung sejak 19 Januari. Kedua belah pihak hingga kini belum melanjutkan ke fase kedua lantaran Israel bersikeras ingin memperpanjang fase pertama yang semestinya hanya selama 42 hari.
Perpanjangan fase pertama itu sendiri merupakan usulan Utusan khusus Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff. Witkoff menyarankan agar gencatan senjata fase pertama diperpanjang selama 50 hari hingga Ramadan dan hari raya Paskah Yahudi.
Hamas menolak usulan ini. Hamas menilai Israel cuma ingin warganya dibebaskan tapi tetap mau melanjutkan perang. Hamas menegaskan pihaknya hanya akan setuju untuk melanjutkan gencatan senjata ke fase kedua, yang meliputi kesepakatan soal gencatan senjata permanen.
Di bawah fase pertama, Hamas telah membebaskan 25 sandera hidup-hidup dan delapan jenazah. Sementara itu, Tel Aviv membebaskan sekitar 1.800 warga Palestina yang ditahan di berbagai penjara Israel.
Kekejian Israel di Gaza dalam Angka Sebelum Gencatan (Foto: Basith Subastian/CNNIndonesia).
(dmi/dmi)