Mantan Analis Citi Sebut Ekuitas Tether Bisa Capai USD 100 Miliar, Benarkah?

3 days ago 10

Liputan6.com, Jakarta - Perdebatan mengenai kesehatan finansial Tether kembali mencuat setelah komentar tajam dari Arthur Hayes, Co-Founder BitMEX. Hayes memperingatkan bahwa strategi Tether yang menempatkan sebagian dana perusahaan pada Bitcoin dan emas bisa menjadi bumerang jika harga kedua aset tersebut turun signifikan.

Menurutnya, penurunan sekitar 30 persen saja dapat menggerus seluruh ekuitas perusahaan dan membuat USDT dalam posisi rentan.

Dikutip dari coinmarketcap, Rabu (3/12/2025), pandangan tersebut dibantah oleh mantan analis riset Citi yang dikenal dengan nama Joseph. Setelah menghabiskan ratusan jam menganalisis dokumen dan data publik, Joseph mengklaim ekuitas Tether jauh lebih besar dari yang ditampilkan dalam laporan resmi. Menurut hitungannya, total ekuitas perusahaan bisa berada di kisaran USD 50 miliar hingga USD 100 miliar.

Joseph menyebut laporan attestations Tether hanya menampilkan aset yang menjadi jaminan bagi USDT beredar, bukan keseluruhan neraca perusahaan. Ia memperkirakan Tether memiliki sekitar USD 120 miliar surat utang AS (Treasuries) dengan imbal hasil 4 persen, memberikan potensi laba bersih sekitar USD 10 miliar per tahun.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Ekuitas USD 30 Miliar

Di samping itu, Joseph juga menyoroti kepemilikan saham, operasi mining, dan tambahan Bitcoin milik Tether yang tidak tercantum dalam laporan cadangan publik. Faktor-faktor inilah yang diyakini meningkatkan nilai ekuitas perusahaan secara signifikan.

Sementara itu, CEO Tether Paolo Ardoino sebelumnya telah menyatakan bahwa perusahaan memiliki sekitar USD 30 miliar ekuitas kelompok sebagai bantalan terhadap gejolak pasar. Hayes tetap skeptis.

Menurutnya, aset volatil seperti Bitcoin dan emas bisa berubah nilai dengan cepat. Jika harganya jatuh dalam waktu singkat, nilai cadangan Tether bisa menyusut drastis dan memicu masalah likuiditas, meskipun secara jangka panjang perusahaan masih terlihat kuat.

Perbedaan pandangan ini membuat diskusi soal kekuatan finansial Tether semakin hangat.

Masalah Transparansi

Perdebatan ini mempertegas masalah transparansi yang sudah lama membayangi Tether. Laporan attestations selama ini hanya menggambarkan kondisi cadangan USDT, bukan keseluruhan aset perusahaan dan seberapa cepat aset tersebut bisa dicairkan saat krisis.

Jika Tether mampu mengakses seluruh aset tambahan dengan cepat, perusahaan dinilai lebih siap menghadapi guncangan pasar. Namun jika aset tersebut kurang likuid atau berada dalam unit usaha yang berbeda, volatilitas jangka pendek tetap dapat menekan kemampuan perusahaan memenuhi penukaran USDT.

Di sisi lain, angka-angka yang beredar cukup besar. Mulai dari USD 120 miliar dalam bentuk Treasuries, klaim ekuitas USD 30 miliar dari manajemen, hingga estimasi Joseph yang mencapai USD 50–100 miliar.

Meski demikian, tanpa pengungkapan penuh mengenai struktur cadangan dan akses likuiditas, pasar tetap sulit memastikan apakah bantalan Tether benar-benar sebanding dengan skala kewajibannya.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |